Jemparingan di Jogja - Sowan Kemandungan
Jemparingan GANDHEWA MATARAM, karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Sore ini memasuki tahun ke-3, kami diijinkan ndherek pamulangan di PaguyubanDi bangsal (bangunan tanpa sekat dinding) yang menjadi salah-satu penanda Sumbu Filosofi Kraton Yogyakarta ini kami biasa bermain panahan tradisional jemparingan Mataraman, warisan Sri Sultan HB ke-1.
Dulu, yang boleh memainkan olahraga panahan ini hanya kerabat Sultan, abdi-dalem Kraton yang berpangkat tinggi, dan prajurit. Tapi sekarang, masyarakat Umum pun sudah diijinkan ikut melestarikan warisan leluhur ini BAHKAN boleh memainkannya di dalam kompleks kraton Yogyakarta.
# Bukan Busur & Anak Panah Sembarangan
Sudah hampir 3 tahun pula pusaka-pusaka ini menemani (murid-murid) kami berlatih panahan gaya keraton. Panjangnya beragam, berat tarikannya juga berbeda.
Sejak awal kami melatih... 'tidak peduli' berapa / siapa yg marak-sowan,  busur-busur & jemparing ini selalu SIAP dipergunakan untuk Pemula yang ingin belajar panahan kraton
Karena dipakai untuk berlatih para newbie (sering lho, kami menemui teman-teman yang belum pernah memanah sekalipun), banyak anak-panah yang 'memendek' karena patah nabrak tembok, tapi tidak pernah koq kami minta ganti.
Bedhor hilang - nyenyep semplak - deder (shaf / batang bambu) terbelah kena jemparing lain... besok sudah pulih kembali siap dipakai latihan.
Mgomomg-ngomong, ini jemparing (anak-panah) yang biasa kami pakai juga untuk tanding sampai keluar Jawa, lho - bukan anak panah yang dibeli (sekedar) untuk latihan anak-anak.Â
Cantrik datang dan pergi... tetapi pusaka-pusaka ini tetap setia & siap kala digunakan.
Parikesit, Srikandi, Abimanyu ... para satria dari kampung Kemandungan ... lahir dari busur & panah-panah ini; seolah kayu & bambu ini 'salin rupa - ngeja wantah' sejenak berubah bentuk menjadi ksatria. Kagungan Dalem PLATARAN Kemandungan itu bak kawah Candradimuka, setiap riak yang dihasilkannya adalah senjata Cakra. Kemandungan adalah rahim ibu, tempat mencetak karakter ksatria Mataram Ngayogyakarta.
Bolehkan Jelata menjadi Ksatria?Â
Kemandungan bukan Resi Drona yang menolak Ekalaya menjadi ksatria sejati - Kemandungan adalah ibu Shinta yang menerima Hanoman & mengubahnya menjadi api yang memurnikan Alengka.
Sering kami ditanya : Bolehkan masyarakat Umum non abdi dalem kraton, ikutan belajar memanah di Kemandungan? Bolehkan (anak) putri ikutan belajar memanah? Bolehkan ANAK_ANAK kecil bermain jemparingan di kraton?
Jawabnya : SEKARANGÂ (sudah) BOLEH.Â
Bahkan, penduduk Kemandungan dari usia PAUD sampai lansia ... sekarang bukan hanya jago memanah, tapi sudah punya karakter BERBAGI dengan semua yang datang berkunjung ke Bangsal Kemandungan.
Ya ! Kami rindu semakin banyak orang yang mengenal jemparingan gaya Kraton Yogyakarta cikal bakal panahan modern di Indonesia.
Dan ternyata, cara manahnya orang Jawa dulu BEDA lho dengan panahan modern.
Coba teman-teman yang tinggal di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Madura tanyakan pada pemanah-pemanah lama di kota masing-masing ... pasti banyak ditemui yang memanah tanpa diincara dengan dilihat mata.Â
Nah memanah dengan gaya memegang busur secara horisontal ini dikenal dengan nama gaya Mataraman. AWALNYA diajarkan / dimainkan di sini ini teman-teman : di Kraton Kasultanan Yogyakarta.
Coba datang marak-sowan ke kraton tiap hari Sabtu dan Minggu sore. Klo lihat kami sedang bermain jemparingan jangan sungkan datangi dan ikut main. Busur dan anak-panahnya boleh kita pakai bersama-sama koq :DÂ
Yuk TEMAN-TEMAN yang kebetulan sedang piknik ke Jogja, dan baru mencari lokasi yang ajib diantara tembok-tembok megah bangungan kuno kraton Yogyakarta, atau sedang sepedaan bareng keluarga di Alun-alun Kidul ... yuk, sempatkan bermain jemparingan keraton di Kagungan Dalem PLATARAN Bangsal Kemandungan.Â
Lokasi di MAP bisa : KLIK DISINI. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H