Parikesit, Srikandi, Abimanyu ... para satria dari kampung Kemandungan ... lahir dari busur & panah-panah ini; seolah kayu & bambu ini 'salin rupa - ngeja wantah' sejenak berubah bentuk menjadi ksatria. Kagungan Dalem PLATARAN Kemandungan itu bak kawah Candradimuka, setiap riak yang dihasilkannya adalah senjata Cakra. Kemandungan adalah rahim ibu, tempat mencetak karakter ksatria Mataram Ngayogyakarta.
Bolehkan Jelata menjadi Ksatria?Â
Kemandungan bukan Resi Drona yang menolak Ekalaya menjadi ksatria sejati - Kemandungan adalah ibu Shinta yang menerima Hanoman & mengubahnya menjadi api yang memurnikan Alengka.
Sering kami ditanya : Bolehkan masyarakat Umum non abdi dalem kraton, ikutan belajar memanah di Kemandungan? Bolehkan (anak) putri ikutan belajar memanah? Bolehkan ANAK_ANAK kecil bermain jemparingan di kraton?
Jawabnya : SEKARANGÂ (sudah) BOLEH.Â
Bahkan, penduduk Kemandungan dari usia PAUD sampai lansia ... sekarang bukan hanya jago memanah, tapi sudah punya karakter BERBAGI dengan semua yang datang berkunjung ke Bangsal Kemandungan.
Ya ! Kami rindu semakin banyak orang yang mengenal jemparingan gaya Kraton Yogyakarta cikal bakal panahan modern di Indonesia.
Dan ternyata, cara manahnya orang Jawa dulu BEDA lho dengan panahan modern.
Coba teman-teman yang tinggal di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Madura tanyakan pada pemanah-pemanah lama di kota masing-masing ... pasti banyak ditemui yang memanah tanpa diincara dengan dilihat mata.Â
Nah memanah dengan gaya memegang busur secara horisontal ini dikenal dengan nama gaya Mataraman. AWALNYA diajarkan / dimainkan di sini ini teman-teman : di Kraton Kasultanan Yogyakarta.
Coba datang marak-sowan ke kraton tiap hari Sabtu dan Minggu sore. Klo lihat kami sedang bermain jemparingan jangan sungkan datangi dan ikut main. Busur dan anak-panahnya boleh kita pakai bersama-sama koq :DÂ