Jemparingan Keraton. Sabtu Pahing, 30 Juli 2022.Â
Suasana pagi yang hangat, sinar Mentari menerobos celah-celah daun dan fasad arsitektur bangunan kuno Karaton Yogyakarta yang putih bersih.
Tampak para abdi dalem jaler (laki-laki) dan estri (perempuan) mengenakan seragam dinas kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, berjalan kaki dari Kagungan Dalem Bangsal Kemandungan di utara gedung Sasana Hinggil menuju Kagungan Dalem Alun-alun Kidul.Â
Beriringan berjalan anggun melintasi pamengkangan, lorong panjang disamping bangunan Sasana Hinggil Dwi Abad. Masing-masing tampak membawa sendiri tas busur dan endhong jemparing (tabung anak panah) di tangan. Â
Kebanyakan berusia paruh baya. Yang putri mengenakan baju kebaya tangkeban lengan panjang berwarna hitam. Bawahannya jarit panjang sampai menutup mata kaki.
Sedangkan yang pria, berbaju pranakan dari bahan lurik telupat berwarna biru tua dan hitam. Bawahannya kain panjang dengan lipatan wiru-engkol khas baju dinas para abdi dalem karaton Yogyakarta.
Hari ini untuk pertama kalinya dalam sejarah Kraton Jogja, seni panahan gaya kraton Yogyakarta diperlombakan secara Umum.Â
Sekilas tentang Lomba Jemparingan Piala Ekalaya Kraton #1
Jemparingan adalah permainan panahan tradisional dari kraton Yogyakarta. Tapi Lomba Jemparingan memperebutkan Piala EKALAYA Kraton #1 kali ini BEDA !
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, jemparingan gagrag (gaya) kraton Yogyakarta yang sejak kasultanan ini berdiri tahun 1755 HANYA boleh dimainkan oleh kerabat Sultan, para pembesar, para abdi dalem dan prajurit kraton, HARI INI secara resmi diperkenalkan kepada khalayak Umum dan boleh diperlombakan.
Tempat lombanya pun sangat historik : di Kagungan Dalem Alun-alun Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Tempat yang sama yang dahulu dipakai untuk berlatih dan bermain panahan bagi para prajurit kasultanan Mataram Yogyakarta.Â
Adakah ketentuan khusus dalam hal berbusana bagi masyarakat non abdi dalem? Tentu saja ada.
Busana masyarakat Umum
Berbeda dengan ketentuan wajib bagi para abdi dalem kraton / aparatur negari dalem, ketentuan berbusana saat bermain jemparingan keraton bagi masyarakat Umum lebih beragam.
Jemparingan gagrag Kraton Jogja lebih menekankan pada BUDAYA. Bukan sekedar skill memanah tanpa diincar dengan mata saja, namun sesuai dengan tujuan penciptaannya sejak masa Sri Sultan HB ke-1, aspek busana, etika, cara berperilaku, cara berbicara, dan lain-lain sudah tertata dengan rapi dan memiliki tujuan khusus.
Hal ini tentu berbeda jauh dengan jemparingan modern yang lebih menekankan permainan ketrampilan, silaturahmi, prestasi titis atau juara, yang sering 'mengorbankan' aspek nguri-uri / melestarikan budaya nenek-moyang yang adi luhung.
Dalam permainan jemparingan gaya Kraton, busana untuk masyarakat Umum pria seyogyanya memakai baju taqwa atau surjan.Â
Sedang bagi wanita, bisa memilih menggunakan baju janggan (surjan untuk putri) ataupun kebaya tangkeban / kartinian TANPA kutubaru.
Sebaiknya, baju model pranakan HANYA dipakai oleh para abdi-dalem kraton dan kadipaten. Itupun HARUS dengan ketentuan motif lurik telupat warna biru tua dan hitam. Bawahannya pun harus jarit motif Ngayogyan dengan wiru-engkol untuk para abdi dalem karaton Yogya.
Masyarakat Umum bisa memakai baju surjan, ciptaan Sunan Kalijogo, dengan 6 kancing di leher, dua kancing di dada, tiga kancing tersembunyi di perut, dan sogok upil ujung runcing di tengah baju. Semua ada maksud dan filosofinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI