Mohon tunggu...
Toni Tanawi
Toni Tanawi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Anak negeri peduli bangsa, mencoba berpikir logis, kritis. Menyimak segala persoalan dengan pikiran dan mata hati terbuka, berusaha mengikuti kata hati dengan dzikir. Dan, saya penikmat kopi, terutama kopi daerah saya di gugus bukit barisan LINTANG 4 LAWANG, SUM-SEL.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Formula Ajaib & Unik, Pupuk Menjadi Obat

23 Maret 2015   14:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:13 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang Kesehatan sesuatu yang vital, karunia paling berharga bagi kehidupan manusia. Apabila seseorang menderita sakit, yang terpikir adalah berobat ke rumah sakit, jika sudah berada di rumah sakit sudah pasti perlu bayar, untuk membayar pengobatan seseorang akan rela melepaskan apa saja hartanya demi kesehatan, padahal masuk rumah sakit belum tentu sehat sedia kala. Di era moderen seperti sekarang ini, rumah sakit dan obat-obatan kimiawi adalah kebutuhan dan gaya hidup, itu yang ditanamkan di ‘mindset’ kita oleh pihak-pihak yang berkecimpung di dunia bisnis bidang kesehatan. Tak terbantahkan realita yang terjadi sekarang, rumah sakit adalah ‘bisnis’ bahkan gaya hidup, lihat saja di kota-kota besar di Indonesia rumah sakit swasta besar bermunculan, paralel dengan menjamurnya pusat-pusat perdagangan (mal). Memang tidak semua rumah sakit yang orientasinya bisnis, tetap berpijak pada sisi kemanusiaan, tapi bisa dihitung dengan jari. Para marketing bidang kesehatan, juga berhasil memberikan pengaruh ‘gengsi’’ atau gaya hidup pada masyarakat kelas atas, bahwa berobat di rumah sakit besar atau berobat keluar negeri itu ‘hebat’, padahal tetap saja yang namanya sakit itu tidak hebat. Bahkan lebih bertentangan lagi dengan hati nurani, bidang kesehatan di politisir oleh sebagian politikus, untuk memperoleh simpati masyarakat. Tersamar seakan membantu biaya kesehatan masyarakat kelas bawah, padahal kenyataan yang terjadi dilapangan sebaliknya, tetap keluar biaya besar. Karena mahalnya biaya kesehatan untuk berobat ke rumah sakit, beberapa waktu yang lalu di media sosial muncul gambar meme dengan tulisan “orang miskin dilarang sakit”. Kesehatan itu lebih kearah ‘mindset’, bagaimana cara kita berpikir, bagaimana mental kita menyikapi persoalan hidup, bagaimana gaya hidup keseharian. Dari penelitian para ahli, sakit fisik bisa menjadi parah biasanya didahului dengan sakit pada mental dulu, informasi dari seorang  teman dokter bisa juga karena terlalu sering konsumsi obat-obatan kimia, kebanyakan obat medis itu satu sisi mengobati untuk jangka pendek, sisi lain merugikan untuk jangka panjang, misal bisa buruk untuk ginjal, makanya pada obat medis ada istilah ‘kontraindikasi’. Kalau manusia benar-benar menyadari dengan yakin, sesungguhnya dalam tubuh setiap manusia sudah ada penyembuh secara alami, atau biasa disebut system kekebalan tubuh (imun). Pupuk, Sekaligus Obat Herbal Multifungsi Dari latar belakang realita diatas, karena peduli dengan keadaan bangsa, untuk mencegah penyakit sebelum parah supaya berobat tidak terlalu mahal, masyarakat sehat alami dalam jangka panjang, seorang Ilmuwan dari LIPI yang keberatan disebut namanya, mendedikasikan formula penemuannya yang diberi nama Larutan Bio10 (LB10) untuk kesehatan & kesejahteraan umat, karena beliau sadar betul bahwa kesejahteraan itu dimulai dari sehat dulu. Formula Larutan Bio10 (LB10) ini tidak dijual bebas secara besar-besaran, untuk menjaga harga dan keaslian barang. Formula ini dulu pernah di ajukan dan presentase kepihak pemerintah, karena sifatnya yang multiguna, bisa untuk kesehatan umat dan kesejahteraan petani, pihak pemerintah tertarik untuk memproduksi secara massal, tentunya dengan berbagai syarat. Tapi apa lacur, karena saat itu sedang hangat jelang pemilu, ternyata ada aroma politis dan bisnis disitu, maka kerja  sama dengan pemerintah pun dibatalkan, karena tujuan penemuan dari formula ini semata-mata untuk kesejahteraan masyarakat. Masalah berlanjut, karena formula LB10 terbukti dahsyat, kecurangan pun terjadi, formula ini dioplos dari 1 (satu) botol dijadikan beberapa botol, sehingga merugikan konsumen. Itulah masalah sebagian anak bangsa ini sekarang, mental berbagi dan kejujuran sudah tergerus dimakan zaman. Sehingga produksi formula Larutan Bio10 (LB10) ini dihentikan beberapa tahun, padahal saat itu petani dan peternak dibeberapa daerah Jawa Tengah, telah membuktikan hasil pemakaiannya, hasil ternak dan hasil tani mereka berlipat, badan pun selalu fit dan sehat. Ajaib dan uniknya formula Larutan Bio10 (LB10), adalah multifungsi untuk mahluk hidup, dibidang kesehatan, pertanian, peternakan dan perikanan. Dengan kata lain bisa dikonsumsi oleh manusia dan mahluk hidup lainnya, sehingga menjadi sehat. Kabar baiknya, formula ini kembali diproduksi, dengan inovasi yang dulunya hanya berbentuk cairan, sekarang sudah ada yang bentuk serbuk, khusus untuk konsumsi manusia. Apa itu Larutan Bio10 (LB10)? Sang ilmuwan LIPI berujar, "Bakteri, dikalangan awam biasanya kena fitnah terus, selalu dihubungkan dengan penyebab penyakit, padahal Tuhan menciptakan mahluk pasti ada gunanya. Tidak selalu bakteri menyebabkan penyakit, kalau dikontrol dan diarahkan fungsinya, justru bakteri banyak memberikan manfaat positif bagi perkembangan dan kesehatan tubuh mahluk hidup maupun tanaman". LB 10, adalah Pupuk Formula Hayati sekaligus sebagai Obat Herbal berbentuk cairan bening dan serbuk yang diformulasikan dari proses fermentasi sempurna, dengan menggunakan teknologi mikrobakteri terkini (formula hayati), yang terdiri dari ribuan jenis bakteri, baik bakteri positif maupun bakteri negatif yang dapat hidup berdampingan tanpa saling membunuh. Manfaat & Kegunaan LB10. Selengkapnya Baca Disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun