Mohon tunggu...
Jemmy Hendiko
Jemmy Hendiko Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer | Translator | Interpreter | Editor | Freelance Writer | Blogger |

Seorang pembelajar yang gemar memungut ide-ide yang bertebaran lalu mengabadikannya dalam tulisan. Lahir dan tumbuh di Talang, sebuah nagari di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Ia merampungkan studi S-2 di International Islamic University Malaysia (IIUM), sedangkan jenjang S-1 ia selesaikan di Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Aktivitasnya saat ini adalah sebagai dosen, dai, penulis, penerjemah Arab-Indonesia (vice versa), penerjemah Inggris-Indonesia (vice versa), jurnalis di www.indonesiaalyoum.com, interpreter, dan editor di sejumlah penerbit di tanah air. Punya hobi menulis sejak kecil dan semakin terasah ketika menjejakkan kaki di Negeri Para Nabi, Mesir. Ia bisa dihubungi melalui akun Twitter: @jemmyhendiko dan e-mail: jemmyhendiko@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Menilik Nasib Nelayan Kita: Miskin di Tengah Laut yang Kaya

11 Oktober 2024   22:10 Diperbarui: 12 Oktober 2024   09:09 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih jauh, nelayan dipandang sebagai sektor produktif yang mendapatkan subsidi BBM oleh pemerintah, namun keterbatasan akses membuat mereka lebih banyak melaut dengan membeli BBM kepada pengecer yang harganya lebih mahal. Padahal, dari hasil survei, biaya BBM mencapai 60 persen dari total biaya yang dibutuhkan setiap kali melaut.

Maka, guna menanggapi isu kenaikan harga dan kesulitan akses BBM tersebut, Kementerian Koperasi dan UKM bersinergi dengan PT. Pertamina Patra Niaga dan pemangku kepentingan lainnya mencanangkan program "Solar untuk Koperasi (SOLUSI) Nelayan". Program yang diinisiasi pada penghujung tahun 2022 tersebut bertujuan untuk mendekatkan akses BBM bersubsidi kepada nelayan melalui pembangunan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBUN) yang dikelola oleh koperasi. Tidak hanya akses BBM, namun juga menjamin ketersediaan BBM dengan harga subsidi.

Picture Source: Antara
Picture Source: Antara

Di titik ini, koperasi memainkan peran penting sebagai pihak yang terlibat langsung dalam program tersebut. Oleh karena itu, Solusi Nelayan atau Program Solar Untuk Koperasi (Solusi) Nelayan diharapkan bisa menjadi solusi untuk pemenuhan BBM nelayan, dengan pembangunan Pom Bensin Mini di desa-desa nelayan atau tempat terdekat dengan pemukiman nelayan sehingga mereka tidak perlu jauh-jauh untuk mendapatkan BBM bersubsidi.

Buku ini terdiri dari lima bab utama. Bab pertama mengupas kondisi nelayan di Indonesia yang hidup dalam kekayaan sumber daya laut, namun tetap berada dalam kubangan kemiskinan. Secara umum, bab ini berbicara tentang kontradiksi sumber daya, dan kesejahteraan. Ia menjelaskan bagaimana Indonesia sebagai negara maritim dengan sumber daya ikan yang melimpah, justru memiliki banyak nelayan yang hidup di bawah garis kemiskinan. Di samping itu, penulis memaparkan data dan statistik kemiskinan yang menunjukkan tingginya angka kemiskinan di kalangan para nelayan. Hal ini terlihat jelas dari ribuan desa atau kampung nelayan yang tersebar luas di Indonesia namun sangat identik sebagai kantong-kantong kemiskinan di republik ini.

Selanjutnya, penulis menyoroti akar permasalahan kemiskinan yang banyak dialami oleh kalangan nelayan, terlebih lagi kelompok nelayan perorangan atau nelayan tradisional. Permasalahan tersebut di antaranya adalah persoalan himpitan harga BBM, kesulitan mendapatkan bantuan kapal, pengurusan Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), upaya mendapatkan akses permodalan, hingga keterbatasan informasi cuaca, kebutuhan ikan di pasar dan stabilitas harga ikan, serta bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.

Bab ini sesungguhnya bertujuan untuk membuka mata pembaca tentang realitas pahit yang dihadapi oleh nelayan di tengah kekayaan laut yang ada, dan menjadi pijakan untuk membahas solusi yang lebih mendalam di bab-bab selanjutnya.

Sedangkan bab kedua membincang langkah-langkah yang diperlukan untuk memberdayakan para nelayan dan memastikan keberlanjutan kehidupan mereka, di antaranya hadirnya program Solusi Nelayan yang diharapkan bisa menjadi solusi bagi nelayan untuk mendapatkan BBM solar subsidi dengan harga yang sesuai dengan ketentuan pemerintah dan mudah. Di titik ini, peran koperasi terasa sangat vital. Apa pasal? Sebab, koperasi adalah salah satu cara untuk memastikan supaya BBM itu tidak mengalir kemana-mana, karena selama ini yang dikhawatirkan adalah salah sasaran, misalnya BBM dijual ulang atau dibeli oleh yang tidak berhak. Dengan menggandeng koperasi, maka mekanisme penyalurannya adalah closed loop system, artinya hanya anggota koperasi yang terdaftar yang boleh mendapatkan BBM bersubsidi tersebut.

Selanjutnya, bab ketiga berfokus pada solusi guna memperkuat ekosistem. Sejatinya, program Solusi Nelayan ini diadakan untuk memenuhi kebutuhan BBM solar bersubsidi di kampung nelayan. Oleh karena itu, akan menjadi lebih efisien bila para nelayan ini dibuat menjadi satu rantai ekosistem bisnis, yaitu ketika mereka bersatu membentuk suatu perkumpulan atau koperasi. Pada gilirannya, bisa diketahui siapa anggota-anggotanya dan berapa kebutuhan BBM yang mereka perlukan untuk melaut.

Terakhir, di bab keempat penulis membagikan pengalaman positif berbagai koperasi di sejumlah daerah dalam menjalankan program Solusi Nelayan ini. Hal ini menjadi bukti bahwa program pemerintah tersebut berjalan dengan efektif dan disambut dengan baik oleh masyarakat, khususnya oleh komunitas nelayan.

Dengan pendekatan yang komprehensif, buku ini benar-benar membuka cakrawala dan memberikan sudut pandang yang lebih mendalam tentang kondisi nelayan serta menggugah kesadaran tentang pentingnya peran mereka dalam ekonomi maritim Indonesia. Selain itu, para pembaca menjadi tersadarkan bahwa di balik ikan-ikan segar yang mereka konsumsi, ternyata ada pengorbanan dan perjuangan tak mudah yang harus dilalui oleh para nelayan. Kendati demikian, pembahasan dalam buku ini agaknya begitu terfokus pada permasalahan BBM, sementara persoalan-persoalan lain yang dihadapi oleh nelayan tidak begitu diulas secara komprehensif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun