Mohon tunggu...
Jemmy Hendiko
Jemmy Hendiko Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer | Translator | Interpreter | Editor | Freelance Writer | Blogger |

Seorang pembelajar yang gemar memungut ide-ide yang bertebaran lalu mengabadikannya dalam tulisan. Lahir dan tumbuh di Talang, sebuah nagari di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Ia merampungkan studi S-2 di International Islamic University Malaysia (IIUM), sedangkan jenjang S-1 ia selesaikan di Universitas Al-Azhar, Cairo, Mesir. Aktivitasnya saat ini adalah sebagai dosen, dai, penulis, penerjemah Arab-Indonesia (vice versa), penerjemah Inggris-Indonesia (vice versa), jurnalis di www.indonesiaalyoum.com, interpreter, dan editor di sejumlah penerbit di tanah air. Punya hobi menulis sejak kecil dan semakin terasah ketika menjejakkan kaki di Negeri Para Nabi, Mesir. Ia bisa dihubungi melalui akun Twitter: @jemmyhendiko dan e-mail: jemmyhendiko@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Undian Temus dan Memoar Bandara King Abdul Aziz (Secarik Kisah Perjalanan Haji)

11 Maret 2018   13:21 Diperbarui: 11 Maret 2018   13:57 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terpilih sebagai tenaga musim haji barangkali adalah impian setiap mahasiswa yang belajar di universitas-universitas di Timur Tengah. Sejak berangkat ke Mesir sebagai penerima beasiswa resmi Universitas Al-Azhar Cairo lewat jalur Kemenag tahun 2006, aku tak pernah tahu perihal temus ini. Kala itu aku hanya berpikir untuk belajar seserius dan setekun mungkin di Al-Azhar, meraih nilai dan prestasi yang memuaskan, lulus tepat waktu selama empat tahun, lalu pulang ke tanah air.

Setelah sekian lama berada di Mesir dan menjalani segala macam dinamika mahasiswa baik di kampus maupun di organisasi kemahasiswaan, aku jadi mengetahui bahwa mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di negara-negara Timur Tengah berkesempatan untuk menjadi tenaga musim haji lewat jalur KBRI di negara masing-masing.

Ya, tentu saja ini adalah kesempatan yang sangat diidam-idamkan. Sebab, selain mendapatkan peluang guna mengunjungi tanah suci dan menunaikan ibadah haji secara gratis, terpilih sebagai temus juga memberikan kesempatan untuk memperkaya pengalaman hidup, berkhidmat sebagai pelayan jamaah haji Indonesia, dan tentu saja memperoleh penghasilan yang sangat lumayan. Uangnya bisa digunakan untuk keperluan studi, ditabung, biaya nikah, atau dijadikan modal usaha sekembali ke tanah air.

Singkat cerita, di tahun pamungkasku belajar di Universitas Al-Azhar, yaitu tahun 2010, aku pun mendaftar dan mengikuti seleksi perekrutan temus. Sesuai peraturan, mahasiswa yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh KBRI Cairo, yaitu minimal tengah menempuh studi di tahun terakhir, berhak menjadi calon temus dan mendaftar ke paguyuban daerah masing-masing.

Sejatinya, pola perekrutan tenaga musim haji ini berbeda-beda antara satu negara dengan negara lainnya di Timur Tengah. Misalnya, proses perekrutan untuk mahasiswa Indonesia di Mesir mungkin tidak sama dengan yang berlaku di negara-negara lain seperti Arab Saudi, Kuwait, Syria, Yordania, Lebanon, Uni Emirat Arab, Sudan, Yaman, Libya, Maroko, atau Tunisia. Sebab, ketika itu KBRI hanya berperan sebagai perantara atau perpanjangan tangan dari PPIH Arab Saudi, sedangkan proses dan mekanisme perekrutannya diserahkan kepada persatuan mahasiswa Indonesia di masing-masing negara.

Undian Temus

Proses perekrutan temus di Mesir kala itu sesungguhnya dilakukan berdasarkan undian per masing-masing paguyuban daerah. Di Mesir ada banyak organisasi kemahasiswaan yang dibentuk atas semangat kesamaan asal daerah dan provinsi. Setiap organisasi kedaerahan ini memperoleh jatah temus berdasarkan banyak sedikitnya anggota mereka. Semakin banyak anggota sebuah paguyuban, semakin banyak pula jatah temus yang mereka peroleh. Artinya, jumlah jatah temus yang dialokasikan untuk Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Mesir dibagi-bagikan kepada paguyuban-paguyuban mahasiswa ini.

Selain itu, setiap paguyuban ini pun memiliki aturan main yang hampir seragam, bahwa demi memperlancar keuangan organisasi, setiap temus yang terpilih wajib menyetorkan dana sumbangan yang nominalnya disepakati kepada paguyuban masing-masing. Namun, beberapa tahun belakangan pola perekrutan semacam ini sudah ditiadakan.

Kini, KBRI Cairo yang terjun langsung mengadakan tes tulisan dan wawancara terkait haji dan umrah bagi setiap calon temus, tidak lagi lewat undian di masing-masing paguyuban daerah. Bagiku, sistem seperti ini lebih baik dan lebih fair, karena temus yang dikirim ke Arab Saudi bisa lebih dijamin kapasitas dan integritas kerjanya.

Alhamdulillah, ketika itu namaku keluar dalam undian temus yang digelar di sekretariat organisasi kekeluargaan kami di bilangan Hay Asyir, Cairo bersama delapan orang rekan lainnya. Bahagia dan bersyukur rasanya, karena cita-citaku selama di Mesir agar bisa berkunjung ke tanah suci akan segera terwujud. Yeah, my dream will come true.

Maka, di saat Mesir tengah memasuki puncak musim panas, mulailah aku mengurus segala berkas dan persyaratan yang diperlukan untuk dikirim ke Arab Saudi, mulai dari pengurusan dokumen-dokumen di kampus Al-Azhar yang terkenal melelahkan, bolak-balik ke KBRI di bilangan Garden City, sampai pemeriksaan kesehatan dan suntik vaksin meningitis di klinik Mesir yang pelayanannya sangat tidak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun