Salah satu contoh dari gerakan ini adalah iklan dari perusahaan burger yaitu Burger King menjadi salah satu perusahaan yang terkena adanya culture jamming. Culture Jammers (sebutan bagi orang yang melakukan culture jamming) menganggap Burger King sebagai perusahaan yang memunculkan budaya konsumtif seperti memakan daging setiap harinya, menjual makanan yang tidak sehat, dan berbagai hal lainnya yang menyangkut isu sosial sehingga para culture jammers mengkonstruksi iklan dan logo mereka dengan sebutan sebagai Butchers King, murder king, obesity king, dan lain sebainya. Hal yang dilakukan oleh para culture jammers ini sendiri juga dipergunakan untuk mengingatkan masyarakat agar kita dapat mengurangi adanya budaya konsumtif yang buruk. (Putri, 2011)
Jadi bagaimana?Â
Apakah kalian masih saja akan mengkonsumsi fast food setiap hari?Â
Daftar Pustaka:
Storey, J. (2015). Cultural theory and popular culture an introduction (7th ed.). London: Routledge
Buchari, A. (2013). Postmodernisme dan Ideologi Budaya Nasional. Jurnal ilmiah Iqra', 7(1).
Putri, L. (2011). Culture Jamming Versus Popular Culture. Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(1).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H