Mohon tunggu...
Jeminah Santati
Jeminah Santati Mohon Tunggu... Guru - Guru Agama Buddha, Kepala PAUD Pelopor Duri, dan Upasika Pandita

Guru Agama Buddha, Kepala PAUD Pelopor Duri Riau, dan Upasika Pandita

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Lelah Berbuah Kebahagiaan

10 Februari 2021   21:09 Diperbarui: 12 Agustus 2021   09:40 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Jeminah, S.Pd.,M M.Pd

Saya adalah seorang Guru Agama Buddha di salah satu SD Negeri sebuah Kabupaten di Provinsi Riau yang diangkat tahun 1986. Saya tidak pernah bercita-cita menjadi seorang guru namun menjadi orang yang berguna bagi lingkungan ialah tujuan saya. Jumlah murid yang sedikit dalam satu wilayah kecamatan yang sangat luas membuat saya harus mengajar mata pelajaran lain di samping Agama. Kegiatan belajar mengajar Agama akhirnya diadakan pada hari minggu di dekat sekolah dengan guru bantu sejumlah 4 orang , agar seluruh murid mendapatkan hak yang sama. Murid Agama Buddha di Sekolah Negeri di kecamatan ini pada masa itu tersebar di berbagai sekolah; Sekolah Dasar: ada 50 sekolah, SMP: 10 sekolah dan SMA/K: 4 sekolah.

Menjadi guru kelas adalah sebuah tantangan tersendiri ditambah tugas menjadi bendahara sekolah dengan lima ratus orang siswa. Kecamatan ini hanya memiliki satu Guru Agama Buddha sejak tahun 1986 sampai dengan tahun 2010,  sehingga tugas-tugas keagamaan seperti urusan kelahiran, pernikahan, dan kematian pun juga menjadi tanggung jawab saya. Membagi waktu antara tugas dan keluarga terasa sulit sehingga waktu yang ada harus digunakan seefisien mungkin. Beruntung ketika itu saya diizinkan untuk libur pada hari jumat sebagai pengganti jam kerja di hari Minggu.

Saya mendapat tugas dari dinas pendidikan kecamatan Mandau untuk membuat soal ulangan Semester matapelajaran  Agama Buddha dari kelas 1 sampai 6 SD secara rutin. Soal kelas 7 sampai 12 juga saya persiapkan sebagai permintaan dari sekolah. Tugas ini saya kerjakan pada malam hari ketika anak-anak dan suami telah tidur, saya lakukan  sejak tahun 1994 hingga tulisan ini saya buat. Pada tahun 2003 ada satu siswa kelas 4 di sekolah tempat saya bertugas,  tidak mendapat soal ulangan sementara siswa lain sudah hampir selesai menjawab semua soal. Saya terkejut ketika guru pengawas tidak tahu keberadaan soal mata pelajaran Agama Buddha , padahal soal sudah saya persiapkan seminggu sebelum ujian. Pekerjaan ini terasa sangat melelahkan terutama saat membuat soal dan kisi-kisinya, mengantar ke sekolah-sekolah, menjemput, mengoreksi, dan mengembalikan lagi dalam bentuk nilai rapot. Semua tugas ini saya kerjakan bertahun tahun mengingat  masa depan generasi. Setengah gaji saya pun saya relakan untuk membantu biaya operasional.

Kejadian siswa tidak mendapatkan soal ulangan mata pelajaran Agama Buddha sering dialami di berbagai sekolah. Tidak jarang saya harus menelan pil  pahit karena dimarahi oleh kepala sekolah,  yang siswanya tidak mendapat soal Ulangan Semester. Siswa yang belum mendapat soal ulangan di sekolah, mengikuti ulangan di tempat saya mengajar Agama sebagai rasa tanggung jawab.

Pelajaran yang amat berharga bahwa untuk mencapai sesuatu   yang lebih baik kita harus bekerja keras,ulet, jujur, sabar,pantang menyerah , dan iklas. Hasilnya, saya merasakan timbulnya simpati dari beberapa orang untuk mendirikan sebuah yayasan yang berlanjut hingga mendirikan sebuah sekolah swasta. Saya bersama pengurus yayasan mendirikan PAUD Pelopor pada tahun 2006 yang terus berkembang hingga berdirilah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama nya. Manggala Sutta bait ke 8 : Berdana dan hidup sesuai dengan dharma, menolong sanak keluarga, bekerja tanpa cela, itulah berkah utama.

Untuk memperkuat rasa nasionalisme saya berprinsip walaupun sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan Agama Buddha, semua orang dapat belajar di sini. Semua tenaga pendidik dan kependidikan serta murid terbuka untuk umum. Hampir semua guru mata pelajaran  agama tersedia di sekolah ini. Satu orang siswa beragama tertentu bila ada gurunya saya sediakan, sehingga anak dan orang tua merasa nyaman. Suatu kebahagiaan tersendiri bahwa sampai hari ini siswa sekolah PAUD hingga SMP tersebut mencapai 750 orang. Perayaan setiap hari besar keagamaan pun rutin diadakan dengan saling mendukung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun