Mohon tunggu...
Jemilov
Jemilov Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Terdiam bukan berarti menyerah, hanya sekedar merenung mengevaluasi diri dan menyusun kepingan asa yang sedikit melemah.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tantangan Perang Terbuka OPM dan Masyarakat papua

3 Juni 2015   13:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Miris! Itu yang terbersit di pikiran saya mengenai Tantangan perang terbuka yang di ucapkan oleh salah satu petinggi OPM, Puron Wenda.

“Mulai sekarang kami nyatakan perang revolusi total dari sorong hingga merauke, yakni perang secara terbuka terhadap semua orang Indonesia yang ada di tanah papua”. (Sumber: Viva.co.id)

Sebagai permulaan pembuktian tantangan perang OPM terhadap indonesia dimulaii dengan menembaki enam warga sipil di distrik mulia, kabupaten puncak jaya dan menyandera anggota TNI di kabupaten Painai.

Seperti layaknya anak-anak yang sedang main perang-perangan, maka akan dengan mudah menyatakan “Kita perang!” tanpa memikirkan berapa, siapa yang akan menjadi korban dari keegoisan sekelompok orang yang mengatasnamakan ras papua.

Hampir di setiap pertikaian yang menjadi korban adalah kita, seorang yang tidak tahu apa yang terjadi. Seseorang yang hanya ingin hidup damai agar bisa menyusun harapan untuk masa depan anak cucu kita. Jika setiap perang adalah solusi maka akan dipastikan tak akan ada air mata, duka dan kehilangan.

Cukup kita melihat saudara kita di timur tengah yang mengalami ketidakpastian masa depan akibat perang. Belum lagi luka mendalam karena kehilangan, kesedihan dan ketakutan itu akan terus bersemayam dalam benak orang-orang sampai dengan waktu yang tidak ditentukan. Mereka tidak akan bisa memikirkan harga pangan yang semakin meroket harganya, berteriak-teriak kepada pemerintah meminta kenaikan UMR sesuai dengan tuntutan mereka, atau bahkan melakukan demo karena pemimpinnya berbeda etnis dengan mereka. Tak akan ada. Karena yang paling mahal itu ternyata rasa aman. Rasa yang paling banyak dibutuhkan umat manusia untuk bisa menata hidupnya.

Cukup dengan kata terimakasih karena pemerintah kita menjamin rasa aman untuk setiap warganya. Lalu bagaimana jika justru genderang perang itu ditabuh oleh sesama warga indonesia yang membelot, masihkah negara akan memberikan rasa aman kepada orang tsb?.

Perang akan selalu dan dipastikan merenggut masa depan banyak orang yang tidak bersalah. Pernahkah terpikirkan oleh anda bagaimana kehidupan orang-orang korban perang?. Mereka kehilangan banyak hal, dan yang lebih parah adalah kehilangan harapan.

Bukankan selama ini kita hidup dengan banyak harapan!

Ketika kebijakan pemerintah tidak sesuai dengan keinginan kita, masih terus kita berharap akan selalu ada hal baik. Entah saat ini, besok atau lusa. Tentu saja tidak dengan kata pasrah saja tapi juga ikhtiar dan doa. Bukankah itu yang sering kita dengarkan! Tapi banyak yang tidak melakukan. Yang selalu terdengar hanya mengeluh, dan mengeluh. Apakah kita akan kenyang dengan mengeluh?

Pada awal mei lalu, Presiden Jokowi mengunjungi Papua dan membebaskan Tapol disana. Dalam pernyataan Presiden yang menyatakan Papua aman menurut Puron tidak mencerminkan kondisi Papua yang sebenarnya. Karena beberapa peristiwa justru menunjukkan warga papua masih kerap ditindas, ditangkap dan diamankan atas aspirasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun