[caption id="" align="aligncenter" width="601" caption="katakan tidak pada(hal) korupsi (sumber:rosariomariocapalbo.files.wordpress.com)"][/caption] Bung, SEKALI GEORGE ORWELL, sastrawan asal Inggris, pernah bilang: “Iklan terburuk sosialisme adalah penganutnya sendiri!” Bagaimana tidak, sosialisme yang digadang-gadang akan mensejahterakan, menghapus penindasan, menihilkan penghisapan umat manusia, serta menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, tapi penganutnya malah menyalahpraktikan menjadi penindasan baru manusia atas manusia—dulu tertindas sekarang malah menjadi penindas. Dalam konteks itu Orwell, penulis Animal Farm yang fenomenal itu, memang melakukan otokritik, sebab dia sendiri adalah seorang sosialis. Saya kira seterusnya saya tak bicara soal sosialisme, saya hanya ingin meminjam ruh kata-kata Orwell untuk konteks korupsi di Indonesia. Saya pikir benar juga kalau “Iklan terburuk perang terhadap korupsi adalah orang-orang yang dengan lantang mengatakan ‘tidak!’ terhadap korupsi itu sendiri!” Bung, Anda benar, saya menyinggung soal Anggelina Sondakh (benar pakai ka-ha?) dan kawan-kawan. Belum lagi hilang benar dalam ingatan kita mantan puteri indonesia yang sekarang politikus (seorang kawan bilang politikus itu artinya “banyak tikus”) demokrat itu membintangi iklan anti-korupsi menjelang pemilu raya musim lalu. Angie, begitu namanya populer di media, dkk dalam iklannya menyatakan “TIDAK!” pada korupsi dengan suara lantang. Benar-benar nampak mereka anti-korupsi. Ya, mestilah iklan ini juga yang sedikit-banyak (kalau tak mau dibilang banyak-banyak) mendongkrak citra partai tersebut sehingga meraup suara pada pemilu lalu itu. Tapi benarkah mereka benar-benar mengatakan “TIDAK!” pada korupsi? Bung, Entahlah. Yang kita tahu diantara bintang iklan itu sekarang telah ditetapkan menjadi tersangka kasus korupsi oleh KPK—lembaga yang jejak langkahnya belum pernah membebaskan koruptor ketika seseorang telah ditetapkan sebagai tersangka. Angie, misalnya. Dan yang lain-lain ditetapkan menjadi saksi, dan bukan tidak mungkin statusnya menjadi tersangka. Tapi layaknya seperti pembuatan iklan, di persidangan mereka masih mengatakan “TIDAK!” terhadap korupsi (yang mereka lakukan). Dari tidak tahu, tidak ingat, tidak ada, dlsb. Padahal saksi-saksi lain, yang sama-sama melakukan korupsi, telah mengiyakan peran mereka, tapi mereka tetap menyangkal dan mengatakan tidak. Mungkin kali ini maksud mereka adalah “Katakan tidak pada(hal) korupsi!” Bung, Dari dulu saya tak pernah percaya pada iklan. Anda? Medan, 22/02/2012 Tabek! Jemie Simatupang NB: Bung, untuk judul surat saya kali ini saya berhutang kepada Satria Zr Revolusi, saya mengutip statusnya di facebook.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H