Mohon tunggu...
Jemie Simatupang
Jemie Simatupang Mohon Tunggu... Administrasi - Tuhan Bersama Orang-orang Yang Membaca

Pedagang Buku Bekas dari Medan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Filosophie Demam

19 April 2010   03:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:43 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_121594" align="alignleft" width="299" caption="Bersama Bundanya waktu umur 1 bulan, sekarang uda mulai bisa bernyanyi (sumber: dokumen pribadi)"][/caption] AWAK RASA-RASA,  kebahagian orang tua paling sangat itu adalah ketika melihat anaknya tumbuh besar dan pintar. Tak yang lain. Seperti awak sekarang, senang tak terperi melihat si sulung Filosophie—Annora Filosophie Sulung—yang sudah berumur 1,2 tahun. Padahal rasa-rasanya, baru semalam awak melihat dia lahir dan menangis sebisa-bisanya di klinik bersalin sederhana tak jauh dari rumah kontrakan kami dulu. Ya, baru semalam…. Sekarang dia sudah bisa mengucapkan beberapa kata walaupun sebagian—hampir semuanya malah—masih telo—celat. Filosophie bilang “mamam” untuk makan, “eneng” untuk “nenen”—minum ASI, “embu” untuk lembu—sekaligus menirukan suaranya “emmm….” untuk lenguh lembu, “emmmoohhh”, (lebih jauh tentang lembu ini boleh membaca catatan: "Filosophie Ber-Alifbata") kemudian “jatuh” ya untuk jatuh, dan beberapa kata lain yang kalau kutuliskan semuanya judul yang pas untuk catatan ini jadinya: “kata-kata filosophie”.—Ya tak wak? Tapi yang bikin khawatir ketika anak sakit. Juga Filosophie. Macam beberapa minggu yang lalu dia kena cacar air, itu penyakit kulit seperti kena kudis di seluruh tubuh. Menggelembung berisi air kemudian pecah. Filosophie demam panas. Tak tega awak nengoknya merengek menahan sakit. Kalau udah begitu, awak dan isteri—bundanya, sibuk jadinya, malam-malam aku terpaksa cari daun bunga raya, cari ke rumah tetangga, sialnya tak ada tetangga dekat yang menanam bunga itu, akhirnya dapat juga setelah 1 jam berkeliling. Langsung saja daun dan bunga raya ditumbuk halus lalu di beri sedikit air kemudian dibalurkan ke seluruh tubuh sophie. Rasanya dingin sekali. Syukur, beberapa jam kemudian panasnya turun. Besoknya dikasi air kelapa, biar cacarnya keluar semua. Sekarang cacar itu sudah sembuh, tinggal parutnya saja hitam-hitam di kulitnya sophie. Bukan sekali itu saja dia sakit, memang tak pernah yang parah—alhamdulillah. Yang sering berulang memang demam. Konon katanya tiap kali seorang anak sakit, tiap kali juga badan atau kepandaiannya bertambah: badan dan jiwanya. Pertama kali demam, rupanya dua hari berikutnya tumbuh putih-putih kecil di gusinya: ya gigi. Kemudian demam lagi, besoknya bisa bilang, “Jatuh!” demam lagi, dia bisa duduk sendiri. Dan cacar itu semalam—Orang Medan hampir selalu bilang kejadian yang sudah berlalu beberapa waktu dengan kata “semalam”—itu, hasilnya sekarang dia bisa merangkak. Ada yang agak aneh memang. Sophie, macam awak bilang tadi udah 1,2 tahun, anak-anak seusianya sudah mulai bisa berjalan, dia baru merangkak, orang-orang bilang badannya terlalu gendut, jadi susah untuk dibawa berjalan. Tapi tak apa, satu saat nanti pasti dia bisa berjalan. Aku sangat bersyukur dia sehat sekarang, sampai bundanya beberapa waktu yang lalu kirim SMS ke aku, isinya singkat sekali: “Yah, Sophie demam lagi.” Aku panik, baru demam kok demam lagi? Kan kalau mau pandai tak harus demam lagi? Bermacam perkiraan di kepala. Tak kubalas SMS itu, tapi langsung ku-bell saja. Rupanya bundanya bilang demamnya tinggi sekali. Piala dunia sepak bola sebentar lagi digelar di Afrika Selatan. Gaungnya udah mebahana kemana-mana, juga di Indonesia. Di tv udah banyak iklan-iklan tentang piala dunia, baik iklan piala dunia itu sendiri maupun iklan produk-produk yang menyesponsori—benar tulisannya???—ajang sepak bola paling bergengsi itu. Salah satunya—tanpa bilang merek, boleh juga sih bilang asal mau orang itu bayar royalti, hahaha…—sebuah produk minuman bersoda. Di iklan itu kita lihat bagaimana pemain-pemain sepak bola merayakan kemenangan, merayakan penjebolan gawang dengan berbagai gaya, ada yang menari, berlari, seperti mendayung kano beramai-ramai, dan lain-lain gaya unik. Iklan itu ada juga jinglenya,—lagu singkat—pakai bahasa inggris, aku tak tahu apa liriknya, tahu sendirilah bahasa inggrisku jeblok, yang kutahu hanya “oooo…ooo…ooo…”-nya saja. Rupanya Filosophie suka meniru lagu itu, dia selalu ber”oooo…ooo…oo….” tiap ada kesempatan, pas mau makan, mandi, netek, pokoknya hari pas apa saja. Bundanya pertama tak nyambung, sampai akhirnya dia, anak kami itu, mengikuti lagu itu pas iklan di tv itu berlangsung. Bundanya surprise, spontan dia kirim SMS ke awak. Setelah kubell tadi, awak jadi senyum dan ketawa, rupanya Filosophie—mulai—demam piala dunia. Syukurlah! Hm, kira-kira setelah “demam” ini dia mau pandai apa lagi? [*]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun