Pendidikan memiliki eksistensi yang berkaitan erat untuk pertumbuhan ekonomi, bisa dilihat pendidikan kerap klai tidak terlepas dari masalah ekonomi, baik secara langsung dan tidak langsung. Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan untuk mencapai kesejahteran sosial dan mewujudkan perekonomian negara stabil.
Kegagalan dalam membangun pendidikan akan melahirkan berbagai macam problem bisa dilihat pada negara-negara maju yang memprioritaskan pendidikan untuk menunjang Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Mengingat dalam memasuki dunia kerja generasi muda diperhadapakan dengan tantangan yang kian besar sehingga harus diimbangin dengan skill serta pendidikan yang sesuai.
Dalam dunia pendidikan, masalah ekonomi tidak bisa dilepaskan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pendidikan memiliki kontribusi yang besar terhadap ekonomi. Hal ini yang menyebabkan pemerintah mewajibkan masyarakat untuk menempuh pendidikan dengan mengeluarkan berbagai kebijakan dengan harapan masyarakat bersemangat menempuh pendidikan.Â
Namun sejak akhir 2019 terdapat sebuah bencana non-alam yang berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Bencana non-alam ini dikenal dengan pandemi COVID-19 ( Corona Virus Desease Nineteen). Kemunculan virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China dan telah menyebar di seluruh dunia yang menyebabkan angka kematian naik secara drastis tanpa memandang usia.Â
Munculnya virus ini di tengah-tengah masyarakat memberikan dampak mengancam kesehatan masyarakat tidak hanya sekedar kesehatan namun juga mengancam ekonomi masyarakat dan pendidikan. Setelah Pandemi Covid-19 merambat d tengah masyarakat semua instansi diliburkan dan menerapkan sistem WFH ( Work From Home) tidak lain instansi pendidikan juga.
Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap penghasilan atau perekonomian orangtua yang tentu saja berkaitan erat dengan pendidikan anak. Hal ini memberikan dampak kepada keluarga karena harus dipusingkan dengan masalah pendidikan akibat dari Covid-19, dikarenakan keluarga merupakan institusi pertama dan utama dalam mendidik, melindungi anak-anaknya sesuai dengan nilai-nilai keluarga, nilai-nilai keagamaan, sehingga keluarga dapat dikatakan tonggak pertama anak dalam mengenal dunia.Â
Melalui keluarga diharapkan terciptanya generasi penerus bangsa yang tangguh. Keluarga dan lingkungan merupakan 2 hal yang tidak dapat dipisahkan karena pengaruh sistem lingkungan terhadap keluarga mengandung beberapa faktor, yaitu faktor resiko dan faktor protektif. Faktor resiko adalah faktor yang dapat mengancam kesejahteraan keluarga, dan faktor protektif adalah faktor yang mendukung keluarga untuk menjadi kuat dan tangguh. Â
Pada masa pandemi Covid-19, masalah keluarga paling utama yang diperbincangkan di masyarakat. Keluarga mendapat benyak imbas dari munculnya Covid-19 ini, dimulai dari ekonomi hingga pendidikan.Â
Menurut Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi dan Manusia (Fema), IPB University, Dr. Tin Herawati, pandemi Covid-19 telah mempengaruhi sistem lingkungan terbesar (makrosistem) yang tentunya sangat berdampak pada lingkungan terkecil (mikrosistem). Berpengaruh kepada sektor pendidikan, ekonomi, kesehatan dan lainnya sehingga mempengaruhi kehidupan seluruh anggota keluarga.
Munculnya pandemi Covid-19 ini menyebabkan pemerintah harus mengeluarkan berbagai kebijakan dengan harapan berkurangnya korban Covid1-19, seperti menerapkan Physical Distancing, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), penutupan sekolah, dan juga Work From Home (WFH). Kebijakan yang diterapkan tentu saja memiliki dampak yang ditimbulkannya baik dampak positif maupun dampak negatif.Â
Dampak positif dari penerapan kebijakan tersebut adalah kesehatan masyarakat tetap terjaga serta mengurangi penyebaran Covid-19, namun jika kita lihat dampak negatif dari munculnya kebijakan tersebut adalah merosotnya perekonomian sehingga banyak perusahaan yang secara terpaksa menerapkan Pemutusan Hubungan Kerja  (PHK) secara besar-besaran, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) daya jual kian merosot yang menyebabkan banyak UMKM yang gulung tikar dikarenakan pendapatan dan pengeluaran tidak seimbang.Â
Hal ini juga terjadi pada masyarakat yang pekerjaannya bertani tidak jarang masyarakat menjual hasil bumi dengan harga yang tidak seperti biasanya namun mereka diperhadapkan dengan membeli pupuk organik atau pupuk kimiadengan harga yang tinggi yang menyebabkan banyak petani yang memilih alternatif lain untuk tetap bisa mempertahankan perekonomian keluarga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H