Mohon tunggu...
Jemi Sihombing
Jemi Sihombing Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswi Administrasi Pendidikan FKIP Universitas Jambi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha mencapainya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kesetaraan Gender dalam Pendidikan

20 April 2022   09:05 Diperbarui: 20 April 2022   09:08 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Berbicara tentang kesetaraan gender berarti berkaitan dengan relasi yang sejajar antara laki-laki dan perempuan, terkhusus dalam hal perlakuan, akses dan kesempatan di berbagai bidang kehidupan. 

Contoh nyata yang bisa kita lihat saat ini adalah belum ada kesetaraan gender dan adanya pembatasan untuk memasuki bidang-bidang tertentu baik bagi perempuan maupun laki-laki. 

Tidak jarang kita memandang dengan sebelah mata laki-laki yang bergelut di bidang tata boga dan begitu juga dengan perempuan yang memiliki minat pada bidang otomotif atau pertambangan.

Sampai saat ini sring kita temui bahwa diskriminasi terhadap perempuan merupakan masalah yang kerapkali terjadi di seluruh lapisan kelompok masyarakat, bahkan di sebagian besar belahan dunia sekalipun. 

Alasan hal ini masih terjadi sampai saat ini dikarenakan masyarakat belum mmampu melepaskan diri dari budaya patriarkhis yang selama ribuan tahun  menjerat dan memaksa perempuan berada dibawah kekuasaan laki-laki.

Dalam dunia pendidikan bukan tanpa sebab perempuan sangat penting, karean perempuan memiliki peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas generasi muda. 

Sesuai dengan harkat, martabat dan kodratnya, kaum perempuan mempunyai peran dalam membentuk, menentukan dan memberi warna terhadap kualitas bangsa. 

Namun yang sering terjadi adalah gerakperempuan dibatasi karena perspektif ynag kurang adil dalam mendudukkannya sebagaimana semestinya termasuk dalam hal pendidikan.

Dalam upaya memajukan kesetaraan gender, pendidikan perlu memenuhi dasar yang dimilikinya, yakni menghantarkan setiap individu mendapatkan pendidikan baik sehingga bisa disebut pendidikan berbasis kesetaraan. Untuk melihat kesetaraan gender dalam pendidikan bisa dilihat dari beberapa ciri-ciri dibawah ini antara lain:

  • Perlakuan dan kesempatan yang sama dalam pendidikan pada setiap jenis kelamin dan tingkat ekonomi, sosial, politik, agama dan lokasi geografis publik. Dalam konteks ini sistem pendidikan, tidak boleh melakukan tebang pilih terhadap  kondisi masyarakat, terutama dari segi jenis manusia, yaitu laki-laki dan perempuan
  • Adanya pemerataan pendidikan yang tidak mengalami bias gender. Dunia pendidikan, sistem dan SDM di dalamnya harus memiliki kesadaran bahwa semua manusia layak mendapatkan pendidikan, baik laki-laki maupun perempuan. Dengan bagitu, maka hal-hal yang bersifat bias gender dapat diminimalisasikan
  • Memberikan mata pelajaran yang sesuai dengan bakat dan minat setiap individu.Para pengambil kebijakan di dunia pendidikan perlu memiliki kesadaran bahwa setiap individu memiliki minat dan bakat dalam menjalani aktivitas pembelajan di kelas. Dengan minat dan bakat yang berbeda tersebut, setiap pendidik perlu menyediakan model dan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh setiap peserta didik, baik laki-laki maupun perempuan
  • Pendidikan harus menyentuh kebutuhan dan relevan dengan tuntutan zaman

Adanya diskriminasi dalam kesempatan memperoleh pendidikan, seringkali kita melihat perempuan dinomorduakan dalam keluarga, terutama dalam hal memperoleh pendidikan. 

Tidak jarang kita menemukan keluarga yang berusaha memberikan pendidikan tertinggi untuk anak laki-lakinya namun tidak demikian dengan anak perempuannya. 

Hal ini dikarenakan minimnya pola pikir orangtua yang berpikiran bahwa perempuan suatu saat akan menikah dan hidupnya sepenuhnya mengabdi pada keluarga laki-laki. 

Kejadian ini biasanya terjadi pada keluarga yang ekonominya lemah yang tentu saja dengan alasan tersebut memaksakan orangtua untuk memilih anak perempuannya tinggal di rumah saja.

Perempuan dinomorduakan dalam pendidikan juga terjadi dikarenakan suatu saat kaum laki-laki dianggap kelak akan menjadi kepala rumah tangga dan bertanggung jawab dalam menafkahi keluarganya, sehingga pendidikan lebih diutamakan untuk mendukung perannya. 

Sedangkan perempuan dianggap hanya akan menjadi ibu rumah tangga yang hanya bekerja dalam hal mengurus rumah dan juga anak-anak dan juga suaiminya.

Dari pandangan tersebut, maka dinilai pendidikan tinggi tidak begitu penting bagi perempuan. Padahal sebenarnya anggapan ini tidak selalu benar. 

Bayangkan saja bagaimana misalnya jika dalam memimpin rumah tangga perempuan dituntut untuk mencari nafkah dan emimpin keluarganya? jika perempuan tidak memiliki pendidikan ynag berkualitas maka tentu saja perempuan tidak akan bisa menjalankan peran laki-laki dalam keluarga. 

Perempuan akan sangat sulit mendapatkan pekerjaan ynag layak dan memiliki pendapatan yang menetap, walaupun terkadang ada juga beberapa perempuan yang sukses tanpa menempuh pendidikan yang tinggi.

Perempuan harus memiliki tempat yang setara dengan laki-laki dalam keluarga dan juga masyarakat tentunya. 

Kesetaraan gender untuk pendidikan berkualitas harus diterapkan karena bisa kita lihat dalam pencapaian prestasi saat ini banyak perempuan yang sudah membuktikan bahwa perempuan itu juga bisa. 

Kesetaraan gender dalam pendidikan ini tentu saja harus ditingkatkan karena kesetaraan gender mutlak diperlukan agar perempuan memiliki kesempatan sama dengan laki-laki dalam memajukan dunia pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun