Hal ini dikarenakan minimnya pola pikir orangtua yang berpikiran bahwa perempuan suatu saat akan menikah dan hidupnya sepenuhnya mengabdi pada keluarga laki-laki.Â
Kejadian ini biasanya terjadi pada keluarga yang ekonominya lemah yang tentu saja dengan alasan tersebut memaksakan orangtua untuk memilih anak perempuannya tinggal di rumah saja.
Perempuan dinomorduakan dalam pendidikan juga terjadi dikarenakan suatu saat kaum laki-laki dianggap kelak akan menjadi kepala rumah tangga dan bertanggung jawab dalam menafkahi keluarganya, sehingga pendidikan lebih diutamakan untuk mendukung perannya.Â
Sedangkan perempuan dianggap hanya akan menjadi ibu rumah tangga yang hanya bekerja dalam hal mengurus rumah dan juga anak-anak dan juga suaiminya.
Dari pandangan tersebut, maka dinilai pendidikan tinggi tidak begitu penting bagi perempuan. Padahal sebenarnya anggapan ini tidak selalu benar.Â
Bayangkan saja bagaimana misalnya jika dalam memimpin rumah tangga perempuan dituntut untuk mencari nafkah dan emimpin keluarganya? jika perempuan tidak memiliki pendidikan ynag berkualitas maka tentu saja perempuan tidak akan bisa menjalankan peran laki-laki dalam keluarga.Â
Perempuan akan sangat sulit mendapatkan pekerjaan ynag layak dan memiliki pendapatan yang menetap, walaupun terkadang ada juga beberapa perempuan yang sukses tanpa menempuh pendidikan yang tinggi.
Perempuan harus memiliki tempat yang setara dengan laki-laki dalam keluarga dan juga masyarakat tentunya.Â
Kesetaraan gender untuk pendidikan berkualitas harus diterapkan karena bisa kita lihat dalam pencapaian prestasi saat ini banyak perempuan yang sudah membuktikan bahwa perempuan itu juga bisa.Â
Kesetaraan gender dalam pendidikan ini tentu saja harus ditingkatkan karena kesetaraan gender mutlak diperlukan agar perempuan memiliki kesempatan sama dengan laki-laki dalam memajukan dunia pendidikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H