Selama ini kita amati salah satu krisis adalah masalah perusakan lingkungan hidup, penipisan sumber daya, minimnya pengusaha Papua, perusakan lingkungan hidup terjadi di mana-mana. Tapi kita masih terus saja membesar-besarkan kineja para kepala daerah, terus saja mengeksploitir alam di sekitar kita. Kita seakan-akan buta terhadap realitas bahwa sumberdaya alam kita serba terbatas, dan bisa rusak.
Mengapa demikian? Mengamati beberapa Media menunjukan kesalahan berkawan, kesalahan konsep, dan kesalahan konsep ekonomi yang di pakai. Karena yang membedakan di Papua ada dua macam ekonomi seperti ekonomi koboi dan ekonomi kapal-ruang-angkasa!!!.
Namun, dalam hal ini ekonomi koboi, sumberdaya alam tersedia secara tidak terbatas. Si Koboi dapat melakukan apasaja ketika diaberada di padang rumput yang terbentang luas di hadapannya. Dia bisa menembaki bison-bison. Satu, atau seratus bisonakan terus lahir secara lebih banayak. Dalam keadaan seperti ini, memang orang bisa berbuat apa saja dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Keterbatasan dan kerusakan lingkungan hidup merupakan sesuatu yang abstrak.
Tetapi, kita hidup dalam sebuah Kapal-ruang-angkasa, keadaan akan sangat berlainan. Segalanya serba terbatas. Kalau kita tidak hati-hati mengunakan sumberdaya yang ada, kita bukan saja membayakan diri kita, tapi juga orang-orang lain yang ada di dalam kapal tersebut.
Dengan mengatakan bahwa kuta harus mengubah sistem ekonomi kita, dari ekonomi koboi menjadi ekonomi kapal-ruang-angkasa. Masalah yang paling menentukan adalah kebijakan para kepala daerah di Papua dalam berdayakan rakyatnya dengan mengedepankan visi transfotmasi. Tergantung kebijakan kepalah daerah sesuai amanat otsus Papua tepat dalam implementasikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H