Mohon tunggu...
Jembar tahta
Jembar tahta Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pejalan sunyi, penikmat karya tuhan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Negara Islam?

21 Januari 2025   13:28 Diperbarui: 21 Januari 2025   13:28 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Indonesia sering disebut sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim. Memang benar, umat Islam sangat dominan dibandingkan pemeluk agama lain yang diakui secara resmi di Indonesia. Namun, meskipun mayoritas, banyak masyarakat yang tidak setuju jika Indonesia disebut sebagai negara Islam. Ada perbedaan mendasar antara konsep "negara mayoritas Muslim" dengan "negara Islam" yang perlu kita pahami.

Ketika kita mengatakan bahwa Indonesia adalah negara mayoritas Muslim, umat Islam masih dapat menerima keberadaan dan hak saudara-saudara dari kalangan minoritas. Sebaliknya, ketika kita secara tegas menyebut Indonesia sebagai negara Islam, hal ini bisa memberikan kesan eksklusivitas yang menolak keberadaan agama lain. Negara Islam sering dianggap sebagai momok yang menakutkan, karena ada kekhawatiran bahwa dasar negara, terutama Pancasila, akan terpinggirkan. Dalam negara Islam, hukum Tuhan dianggap sebagai satu-satunya yang berlaku, menggantikan sistem hukum yang ada.

Namun, apakah arti dari negara Islam sesungguhnya? Sebelum berbicara lebih jauh tentang negara Islam, penting bagi kita untuk memahami bahwa Islam adalah perilaku dan akhlak, bukan sekadar identitas. Islam tidak sama dengan Arab, dan ini adalah perbedaan yang perlu kita sadari. Kita harus bisa membedakan antara "gula" dan "manis"---gula memang manis, tetapi tidak semua yang manis itu gula. Demikian pula, Arab memang mayoritas Muslim, tetapi tidak semua yang berasal dari Arab adalah Islam. Sayangnya, banyak orang yang menganggap bahwa budaya Arab, mulai dari sistem pemerintahan hingga gaya berpakaian, identik dengan Islam.

Rasulullah Muhammad SAW memang lahir di Arab, tetapi beliau adalah "rahmatan lil 'alamin", rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya nabi bagi orang Arab. Begitu pula dengan Islam. Islam tidak hanya milik orang Arab, tetapi juga milik orang Indonesia. Konsep Islam harus dipahami sebagai sesuatu yang fleksibel, mampu menyesuaikan diri dengan medan dan zaman. Selama cara kita berbangsa dan bernegara tidak bertentangan dengan syariat Tuhan, maka itu adalah bagian dari Islam.

Indonesia sebenarnya pantas disebut sebagai negara Islam dalam konteks yang lebih luas. Mengapa? Karena rakyat Muslim Indonesia memiliki cara tersendiri untuk mencintai Tuhan sesuai syariat. Pancasila, yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa, sejatinya selaras dengan nilai-nilai Islam, seperti keadilan (al-adl), persatuan (ukhuwah), ketuhanan (iman), dan nilai-nilai lainnya. Secara identitas, kita mungkin berbeda dengan umat Islam di Arab, tetapi secara kontekstual, hukum-hukum yang diterapkan di Indonesia tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Sebagai contoh, kita melaksanakan salat tidak menggunakan jubah, melainkan sarung dan peci. Itu adalah cara khas rakyat Indonesia dalam berislam, tetapi niatnya tetap sama: untuk beribadah kepada Tuhan. Namun, ada pula sebagian oknum yang menginginkan penerapan hukum Allah secara mutlak dan mendirikan negara Islam atau khilafah. Mereka sering mengabaikan kenyataan bahwa rakyat Muslim Indonesia memiliki kearifan lokal untuk hidup berdampingan dalam perbedaan, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah melalui Piagam Madinah. Islam di Indonesia tidak membenci perbedaan, melainkan bersatu dalam kebaikan, meskipun berbeda dalam keyakinan.

Indonesia memang bisa menjadi negara Islam yang sebenarnya, tetapi hal ini tergantung pada perilaku umatnya. Islam bukan sekadar identitas, melainkan tindakan dan nilai. Dengan maraknya korupsi, pencurian, pemerkosaan, dan pembunuhan, kita seakan-akan telah murtad secara kontekstual. Meskipun masih beridentitas Muslim, perilaku kita tidak mencerminkan nilai-nilai Islam. Hal ini menjadi tantangan besar untuk menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dalam arti yang sesungguhnya.

Pada intinya, budaya Islam khas Indonesia, seperti tahlilan, maulidan, dan sholawatan, serta nilai-nilai seperti toleransi dan gotong royong, adalah bukti bahwa Indonesia pantas disebut negara Islam. Namun, ketika kita melihat banyaknya kasus korupsi dan tindak kriminal lainnya, kita sebagai umat Muslim Indonesia merasa malu. Kita mengaku Muslim, tetapi perilaku kita tidak mencerminkan keislaman. Oleh karena itu, mari kita perbaiki perilaku kita agar Indonesia benar-benar menjadi negara Islam, bukan hanya dalam identitas, tetapi juga dalam nilai dan perbuatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun