Mohon tunggu...
Jembar tahta
Jembar tahta Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

pejalan sunyi, penikmat karya tuhan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menegaskan Persatuan dalam Kebersamaan

30 Oktober 2024   09:39 Diperbarui: 30 Oktober 2024   10:19 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbangsa satu, bertanah air satu, dan berbahasa satu" adalah semboyan yang menjadi simbol persatuan bagi rakyat Indonesia. Terlepas dari perbedaan latar belakang budaya, suku, maupun bahasa, setiap warga negara memiliki kesamaan: kecintaan kepada bangsa, kebanggaan terhadap tanah air, dan kesetiaan pada bahasa Indonesia. Inti dari ketiga sumpah dalam Sumpah Pemuda ini adalah persatuan. Namun, konsep persatuan sering kali disalahartikan dengan asumsi bahwa "persatuan mengharuskan keseragaman tanpa perbedaan." Pandangan ini keliru dan provokatif. Indonesia merupakan negara dengan keragaman budaya, suku, dan bahasa yang kaya. Jika konsep keseragaman diterapkan, nilai budaya dan identitas lokal yang beragam akan hilang, padahal keragaman inilah yang justru menjadi ciri khas Indonesia.

Sebagai contoh, ketika seseorang bertanya, "Dari mana asalmu?", sebagian orang Indonesia dengan bangga akan menjawab, "Saya orang Indonesia." Tetapi, tidak sedikit pula yang menjawab dengan mengatakan, "Saya orang Jawa dari Indonesia." Jawaban ini bukan berarti mereka kurang nasionalis. Sebaliknya, hal tersebut menunjukkan kebanggaan akan identitas budaya sekaligus pengakuan terhadap Indonesia sebagai negara mereka. Mengapa harus dipertanyakan loyalitas seseorang jika ia merasa bangga dengan identitas lokalnya? Indonesia bukan hanya satu kesatuan yang utuh, tetapi terdiri dari berbagai identitas lokal yang beragam. Seperti gado-gado, Indonesia memerlukan beragam bahan untuk sempurna. Tanpa perbedaan, tidak akan ada identitas yang menyeluruh. Persatuan yang kita maksud adalah kebebasan untuk memelihara budaya lokal masing-masing dengan tetap mengakui bahwa kita satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa.

Salah satu konsep utama dalam Sumpah Pemuda adalah bangsa. Menurut pengertian klasik, bangsa adalah komunitas dengan rasa kesatuan sejarah, adat, dan bahasa. Indonesia sebenarnya adalah negara multibangsa, di mana banyak suku, adat, dan budaya saling melengkapi. Bahkan, agama juga membentuk identitas yang sering kali melekat pada suku tertentu, seperti suku Aceh yang identik dengan Islam, Batak dengan Kristen, dan Bali dengan Hindu. Oleh karena itu, pernyataan "berbangsa satu" tidak dimaksudkan untuk menghilangkan perbedaan identitas, tetapi untuk merangkul keberagaman ini dalam satu kesatuan yang harmonis. Seperti dijelaskan oleh Nurcholish Madjid, konsep nation-state atau "negara-bangsa" Indonesia adalah kesepakatan untuk mendirikan negara yang mencakup semua bangsa di Indonesia. Karenanya, ungkapan "karena ada persatuan maka hilangkan perbedaan" perlu diubah menjadi "karena banyaknya perbedaan, maka kita memerlukan persatuan." Tidak perlu ada penghapusan identitas; cukup dengan rasa kebersamaan dalam perbedaan.

Selanjutnya, Sumpah Pemuda juga menekankan "bertanah air satu." Istilah "tanah air" merupakan ungkapan yang sudah lama digunakan, salah satunya oleh Mohammad Yamin, untuk menggambarkan keterikatan emosional rakyat Indonesia dengan wilayah nusantara yang terdiri dari daratan dan lautan. Di sini, kita berbicara tentang aspek geografis yang mencakup kekayaan alam dan biodiversitas. Daratan dan lautan Indonesia adalah sumber daya yang seharusnya digunakan demi kesejahteraan bersama. Sayangnya, dalam praktiknya, konsep bertanah air satu sering kali dikhianati oleh eksploitasi alam yang merusak lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Contohnya adalah kegiatan penambangan yang merusak lingkungan, baik di darat maupun laut, serta pembukaan lahan besar-besaran yang merusak hutan. Tindakan ini mengkhianati makna "bertanah air satu" yang sejatinya bertujuan agar kekayaan alam Indonesia dimanfaatkan secara adil untuk kesejahteraan rakyat, bukan segelintir elite. Tanah air ini adalah milik bersama rakyat Indonesia, dan penggunaannya harus dilandasi oleh prinsip keadilan.

Dengan demikian, makna persatuan dalam Sumpah Pemuda bukanlah untuk menghapus perbedaan, melainkan untuk mengakui bahwa kita adalah bangsa yang kaya akan keragaman. Tanpa keberagaman ini, Indonesia kehilangan esensinya. Seperti gado-gado, Indonesia baru akan sempurna dengan segala komponen budayanya. Indonesia ada karena berbagai bangsa, suku, dan adat hidup berdampingan dengan tujuan bersama: satu Indonesia yang damai dan sejahtera.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun