Mohon tunggu...
Jian Martina Fitriana
Jian Martina Fitriana Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Kebijakan Pendidikan UNY 2012. Active and Ordinary

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Harus Ada Kurikulum 2013?

2 Juni 2013   13:29 Diperbarui: 4 April 2017   17:18 5432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kurikulum yang akan mulai diterapkan pada tahun ajaran 2013-2014 ini adalah kurikulum 2013. Berbicara tentang kurikulum 2013 bukanlah hal yang langka. Baik buruknyapun sudah banyak dikupas. Hal itu akan nampak apabila kurikulum 2013 sudah diimplementasikan di sekolah-sekolah. Perbandingan akan terlihat nyata dengan melihat kenyataan di lapangan secara langsung.

Melirik sekilas kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaan KTSP memang masih banyak hal yang kurang dalam pelaksanaanya. Adanya kekurangan ini sebaiknya dilakukan evaluasi terlebih dulu bukan mencari sesuatu yang baru untuk diterapkan. Permasalahan yang dialami oleh KTSP misalnya dari sudut pandang pendidik atau lebih tepatnya guru. Masih banyak guru yang tidak melakukan tuntutan dari sebuah kurikulum. Bisa karena berbagai faktor, mulai dari kurangnya pemahaman mengenai konsep yang ada pada kurikulum tersebut. Faktanya, masih banyak guru yang lebih suka bercerita di depan murid-muridnya, lebih banyak berceramah sehingga kesempatan siswa untuk belajar aktif di kelas terbatasi dengan adanya metode yang diterapkan oleh guru tersebut.Apabila hal ini terjadi pada kurikulum yang baru ini, bukan tidak mungkin produk terbaru ini akan mengalami kegagalan seperti halnya kurikulum sebelumnya.

Terobosan baru pengganti KTSP adalah kurikulum 2013. Konsep yang diterapkan adalah tematik, yaitu penggabungan mata pelajaran yang satu dengan lainya. Mata pelajaran yang semulanya berjumlah 12 kini menjadi 10 mata pelajaran. Pengurangan ini dimaksudkan untuk memperingan anak, dengan keringanan ini anak diharapkan dapat memaksimalkan setiap mata pelajaran. Ada pula pelajaran TIK menjadi media semua mata pelajaran, adanya hal ini guru dituntut agar bisa menggunakan perangkat pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas sehingga anak dapat mengeksplorasi kemampuannya. Serta sikap tidak hanya diajarkan secara verbal melainkan guru memberi teladan.

Polemik kurikulum 2013 memang sedang gencar-gencarnya diperbincangkan. Kurikulum 2013 bukanlah sesuatu yang baru melainkan konsep yang disajikan dalam kurikulum ini pernah diterapakan di kurikulum sebelum-sebelumnya. Melihat dari anggaran yang dikucurkan untuk merealisasaikan kurikulum baru ini membutuhkan dana yang tidak sedikit. Seperti uji publik yang dilakukan di beberapa sekolah, buku-buku pedoman atau buku paket, dan pengembangan kualitas guru. Dengan pengembangan itu guru dibekali dengan metode dan pendekatan yang mengarah pada keaktifan dan pemusatkan pembelajaran murid. Guru dituntut secara profesional untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 ini supaya berhasil sesuai dengan harapan. Semuanya ini membutuhkan pendanaan yang tak terbilang sedikit serta memperhatikan efektivitas serta efisiensi pembaharuan kurikulum.

Mungkin dengan adanya kurikulum 2013 akan menjadi salah satu upaya perbaikan pendidikan di Indonesia, bukankah lebih baik mengevaluasi kesalahan masa lalu untuk perbaikan kedepannya ? Belajarlah dari kegagalan karena kegagalan guru terbaik kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun