Faidah dari: Ust. Mubarok Bamu'allim, hafizhahullah.
Seorang anak mengamati bagaimana ayahnya rajin membaca Al-Qur'an namun tak kunjung hafal selain Al Fatihah dan surat-surat pendek. Ia lalu berkata pada ayahnya :Â
"Wahai ayah, engkau rajin membaca Al-Qur'an namun tak kunjung engkau hafal selain sedikit. Lalu apa gunanya buatmu?"
Ayahnya menjawab :
"Ada gunanya, permisalan bacaanku ini seperti jika engkau mengambil air laut dengan keranjang bambu."
"Bagaimana bisa? Tentu airnya akan keluar melalui celah keranjang." Sangkal anaknya.
"Kalau engkau benar ingin tahu, cobalah lakukan saja." Jawab ayahnya.
Maka si anak mengambil keranjang bambu yang biasa mereka gunakan menampung arang untuk mengambil air laut. Berkali-kali ia mencoba mengambil tapi sia-sia, airnya selalu menerobos celah-celah keranjang bambu tersebut.
Pada akhirnya, si anak menyerah karena lelah, ia protes pada ayahnya, "Sungguh ini pekerjaan yang sia-sia. Tidak ada gunanya, yah."
"Tidak," jawab ayahnya, "Engkau memang tidak bisa mengambil air laut, tapi coba lihat keranjang bambu itu."
Si anak melihat dan ia baru menyadari kalau keranjang itu kini bersih tanpa ada bekas hitam dari arang.
"Adakah kau lihat sedikit saja warna hitam bekas arangnya?" Tanya sang ayah.
"Tidak ada. Sudah bersih." Jawab si anak.
"Seperti itulah, aku memang tidak mampu menampung Al-Qur'an dalam kepalaku, namun Al-Qur'an telah membersihkan hatiku." Nasehat sang ayah.
Rajinlah membaca Al-Qur'an meski belum mampu menghafalnya.
Lalu berusahalah mengerti arti, makna dan isi kandungannya.
Niscaya manfaat besar akan kita rasakan... Dan sungguh, yang demikian bukanlah pekerjaan sia-sia.
--------
(Kisah ini beliau sampaikan pada saat Kajian Tafsir Ibnu Katsir, Â ketika sampai pembahasan Qs. Al Furqon)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H