Mohon tunggu...
jemariku
jemariku Mohon Tunggu... Lainnya - JEjak MAnusia dalam RIngkasan dan KUtipan

Buat tanpa Tapi ... Lakukan tanpa Nanti ...

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Bunglon Kampus

21 November 2021   15:44 Diperbarui: 21 November 2021   16:23 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BUNGLON KAMPUS

Eling... dalam istilah orang jawa bilang.

Kita itu tidak tinggal di negeri hayalan, juga tidak hidup di dunia mimpi, yang mana semua angan-angan bisa berjalan sesuai keinginan. Kita hidup di alam nyata, di kehidupan dunia yang telah ditakdirkan. Di sini ada banyak hal yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Dan terkadang hal itu adalah sesuatu yang kita benci.

Apalah mau dikata, pena takdir telah diangkat, kertasnya pun telah mengering... Bahkan sejak sekian lama, jauh sebelum diciptakannya langit dan bumi. Mau tidak mau, suka atau tidak semua harus kita jalani. Tidak ada yang bisa kita lakukan selain mengatakan pada jiwa yang merasa berat ini: "nikmati saja ini semua, karena bisa jadi inilah yang terbaik untuk kita."

Allah subhanahu wata'ala berfirman :

"Boleh Jadi kamu membenci sesuatu, Padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. al-Baqarah: 216)

Siapa sangka? Kini menyandang predikat "maha". Atmosfer akademik begitu kental dirasa, menjadi kebanggaan serta tantangan tersendiri bagi jiwa. Keseruan yang dialami jauh berbeda dengan masa-masa di sekolah, dan tentunya akan berbeda pula timbul permasalahannya.

Menjalani studi di lingkungan kampus, mungkin ada banyak hal yang tidak kita harapkan dan bahkan jauh dari apa yang kita bayangkan sebelumnya. Antara kaget dan heran, antara duka campur senang, semua berpadu menyatu.

Metode pengajaran dalam dunia perkuliahan merupakan sesuatu yang baru. Kecanggungan, kecemasan, interaksi dengan teman, memahami karakteristik setiap dosen, juga adaptasi sebagai anak baru, bingung mencari tempat bertanya, ragu dalam memilih organisasi, konflik batin dengan mata kuliah, khawatir nilai terpuruk, hingga sulit kontrol emosi.

Kaku saat presentasi, lidah kelu tatkala diskusi, kesulitan mengatur waktu, sampai tugas-tugas menumpuk sering kali kita alami. Belum lagi ketika ujian menjelang, keringat dingin datang, haruskah sistem kebut semalam jadi andalan?

Itu hanya sebagian kerikil contoh...
Tak ketinggalan masalah finansial, dorongan puber ingin menikah, hingga sedih galau jadi anak kost-an dan jauh dari kampung halaman.

Ditambah lagi pandemi yang belum tuntas berakhir, belajar daring dan kondisi new-normal mau tak mau kudu dijalani. Jika memang keadaan itu membuat kita lemah dan patah semangat maka patut rasanya kita belajar dari seekor bunglon dalam menjalani kehidupan.

Allah subhanahu wata'ala memberikan suatu kemampuan luar biasa kepada bunglon. Dimana hewan yang satu ini mampu merubah warna tubuhnya sesuai dengan warna tempat ia berada. Dengan begitu, ia mampu melindungi diri dari musuh atau hewan lain yang menjadi pemangsanya.

Inilah yang harus kita tiru. Kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dimanapun kita berada, bagaimanapun keadaannya, kita bisa menempatkan serta menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut.

Tanamkan dalam pikiran; lingkungan atau kehidupan itu tidak akan mau, atau jarang yang sesuai dengan keinginan kita. Oleh karena itulah, kita yang harus menyesuaikan diri dengan kehidupan dan lingkungan kita tinggal... agar kita bisa hidup bahagia.

Sebagai seorang penuntut ilmu, hal ini harus kita miliki. Jika kita tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kita menuntut ilmu yang terkadang banyak sekali tantangannya, niscaya kita tidak akan pernah mengecap manisnya ilmu. Karena apabila setiap kali kita menjumpai ujian, cobaan, dan tantangan lantas kita berpindah ke tempat lain... maka dimana kita akan memperoleh ilmu??, sebab di tempat lain itupun tentu ada saja permasalahannya. Segalanya telah kita habiskan, lantas tersia-siakan? umur, biaya dan seterusnya hanya untuk safari kampus sedangkan ilmu tidak kita dapatkan.

Berhentilah berkeluh kesah. Dari pada mencela gelap lebih baik menyalakan lilin. Jangan mengeluh dengan kendala-kendala yang ada. Semua itu bukanlah hambatan dalam menuntut ilmu apabila kita bisa menjadi seperti bunglon.

Sesuaikan diri dengan atmosfer baru tersebut. Pandai-pandailah mensiasati diri, cerdas dalam mengatur waktu dan membaca keadaan. Bersabarlah, ingat bahwa kesulitan para ulama' dalam mencari ilmu di zaman dahulu.. jaauh lebih luar biasa. Kekurangan serta kesulitan yang ada pada kita hari ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kesulitan mereka.

Siap jadi bunglon??
Goodluck!

------
Keyword: Mahasiswa Universitas Pelita Bangsa
#UPB
#FAI_UPB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun