Ada ungkapan seperti ini:
"Kasihanilah orang yang dagangannya meleleh..."
Apa maksudnya?
***
Konon...
Itu adalah ungkapan seorang pria miskin
yang berjualan es balok di musim panas.
Ia tak punya modal lain selain sebalok es itu saja. Maka ia pun memelas kasih dengan berucap:
"Tuan dan puan... Kasihanilah orang yang dagangannya terus meleleh ini!"
Tidak terbayangkan:
Betapa menyedihkan nasib pria miskin itu. Bagaimana kisah nasibnya di penghujung hari? Jika balok es dagangannya terus saja meleleh dan menguap, tapi tak ada siapapun yang membelinya?
Kasihan, sungguh kasihan...
***
Tapi sadarkah kita:
Bahwa "pria penjual es balok" itu adalah kita sendiri? Sedangkan "es balok" adalah usia yang Allah berikan.
Betapa usia kita terus saja meleleh dan menguap... Hingga habis tak tersisa.
Dan kita pun gagal menemukan "Pembeli terbaik" dengan "harga terbaik".
Jika "Pembeli terbaik" itu hanya Allah ta'ala, dan "harga terbaik" itu adalah Surga Firdaus; Betapa buruknya perdagangan kita, yang selalu menerima tawaran setan melewati waktu dan usia dalam kelalaian.
"Es balok" usia kita terus meleleh
dan menguap dalam maksiat yang gelap.
Duhai, bukankah jika begitu adanya;
Kita lebih layak dikasihani daripada pria penjual es balok itu?
"Kasihanilah orang yang dagangannya
terus meleleh ini, Tuan dan Puan..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H