Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Arwah hujan

22 Maret 2022   11:24 Diperbarui: 22 Maret 2022   12:46 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya Jefry Daik

Jangan Kau tertawakan wanita itu

yang memenuhi panggilan - panggilan mistis

melenggang di tengah arena sepi

demi rinai hujan menetas ke bumi

jangan kau sepelekan wanita itu

bukti penyambung lidah insan bumi pada yang khalik

walau seolah kaki bertelapakkan tanah

namun doanya cuaca bisa bertamah ramah

Kalian bisa beradu di aspal

berpakaian lengkap seolah nyawa tinggal sejengkal

kalian bisa menonton dari balik dunia maya

namun usah menggonggong wanita itu

yang sedang membatin demi siapa

Wanita itu..bisa jadi ibu seorang anak kecil yang mencintai negeri ini

bisa jadi pacar dari seorang kuli yang sigap memadamkan api di tengah hutan

bisa jadi sahabat dari orang-orang yang berteriak panas

bisa jadi wanita terakhir yang disaksikan takjub oleh para kulit putih

namun direndahkan oleh kaum sendiri

ijinkan aku bersuara

apakah hujan bernyawa?

apakah kamu melihat arwahnya?

mampukah kamu menggeser sejengkal tapak uapnya?

apakah ini cuma pamer belaka?

coba tanyakan mereka yang telah mengundang wanita ini untuk hadir

tanyakan kepercayaanmu kepada mereka

dan jangan melihat hanya aktris di depan layar

sedangkan semua yang membuatnya tampil hampir berdarah - darah tak bernama.

Jangan katakan Kelakar ditengah Mandalika. 

ini bukan pertunjukan siapa yang masih tertinggal peradabannya

ini tentang nyawa di ujung lintasan

berbalut mimpi tiang-tiang bendera

Toh yang dielukan adalah mereka yang naik ke podium

mengguncang botol dalam riuhan para petaruh 

dan kamu yang ada ditengah-tengahnya

entah sebagai penonton

atau sebagai pelakon

tergantung Sikon

Bibir pantai Mandalika, 22 Maret 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun