Karya Jefry Daik
Jangan Kau tertawakan wanita itu
yang memenuhi panggilan - panggilan mistis
melenggang di tengah arena sepi
demi rinai hujan menetas ke bumi
jangan kau sepelekan wanita itu
bukti penyambung lidah insan bumi pada yang khalik
walau seolah kaki bertelapakkan tanah
namun doanya cuaca bisa bertamah ramah
Kalian bisa beradu di aspal
berpakaian lengkap seolah nyawa tinggal sejengkal
kalian bisa menonton dari balik dunia maya
namun usah menggonggong wanita itu
yang sedang membatin demi siapa
Wanita itu..bisa jadi ibu seorang anak kecil yang mencintai negeri ini
bisa jadi pacar dari seorang kuli yang sigap memadamkan api di tengah hutan
bisa jadi sahabat dari orang-orang yang berteriak panas
bisa jadi wanita terakhir yang disaksikan takjub oleh para kulit putih
namun direndahkan oleh kaum sendiri
ijinkan aku bersuara
apakah hujan bernyawa?
apakah kamu melihat arwahnya?
mampukah kamu menggeser sejengkal tapak uapnya?
apakah ini cuma pamer belaka?
coba tanyakan mereka yang telah mengundang wanita ini untuk hadir
tanyakan kepercayaanmu kepada mereka
dan jangan melihat hanya aktris di depan layar
sedangkan semua yang membuatnya tampil hampir berdarah - darah tak bernama.
Jangan katakan Kelakar ditengah Mandalika.Â
ini bukan pertunjukan siapa yang masih tertinggal peradabannya
ini tentang nyawa di ujung lintasan
berbalut mimpi tiang-tiang bendera
Toh yang dielukan adalah mereka yang naik ke podium
mengguncang botol dalam riuhan para petaruhÂ
dan kamu yang ada ditengah-tengahnya
entah sebagai penonton
atau sebagai pelakon
tergantung Sikon
Bibir pantai Mandalika, 22 Maret 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H