Ibu...hari ini engkau memasak pare
aku tahu...
setiap kali ayah pulang membawa selingkuhannya
dimeja akan ada pare
"hati ini pahit, nak. tak bisa ibu jelaskan"Â
lalu saat ayah pulang mabuk-mabukan dan menyumpahi dirimu
apa tinggal apa....engkau pergi kedapur!
Mengambil bawang lalu mengirisnya tipis - tipis
"hanya bawang yang bisa membuatku mengerti perihnya hidup"
di iris namun menyemburkan perih, semakin banyak mengundang tangis
ah...bawang ini membuatmu meringis
Bu..aku hanyalah anak kecil
sering kau lindungi bila ayah naik pitam
sering kau ajari untuk tetap bertahan manakala tangan dan kaki menjadi teman
yang tak diminta
aku menuju ke meja lalu mengambil pare tumis itu
kemudian menuju ke dapur
"ibu...biarkan aku mengupas bawang untukmu"
"ah....walaupun pahit, lebih baik tidak darah tinggi. daripada menangis namun hanya bikin mata perih" keluhmu ibu tak tentu rimba
"mengapa perih tapi tak mampu mengusap mata dengan jemari yang memotong bawang ini?"
pelan - pelan aku mengambil air minum segelas
lalu ibu meneguknya
kupijit - pijit tengkuknya
"maaf...karena aku hanyalah anak hasil hubungan gelap dimasa silam"
Alasan ayahku...suami mu ini marah dan mencari pelampiasan
Rumit!
kumakan pare tumis buatan ibu dan mulai mengerti
apa itu antonim dari manis
apa itu sinonim dari pedih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H