Profesi mereka bukanlah profesi murahan
Penelitian mereka bukan penelitian serampangan
Ilmu mereka bukan untuk benda mati
Walau bergantung pada mesin -- mesin yang memangkas waktu
Memberi petunjuk demi perputaran usia dan nadi
Keringat mereka yang bertumbuh terkukus
Walaupun busana itu adalah sumbangan dari pemerhati negeri
Melayani manusia yang tak kunjung mengerti
Apa suratan takdir yang membawa mereka kemari
Senja menjadi pagi, malam berubah petang, waktu tak terbilang
Letih tak terhalang, ketika datang wajah penuh kekuatiran
Ladang ini... tak henti -- hentinya berbuah, walau kesunyian dalam bilik menanti harapan
Segalanya terasa palsu
Semangat dipagi hari dengan kurang mata melelap
Menguap saat foto keluarga di etalase recepsionis terus menatap
bak undangan rindu tak bertepi, enggan memeluk ditengah pandemic enggan bersentuhan dimana hati mengiba.
Darah berceceran, koper keteteran...konsentrasi berbenturan
Antara realitas dan masa bodo
Arungi lautan hidup dan mati sendiri
Diantara manusia dengan pesta dan gelas -- gelas bersulang di luar sana
Sepelekan kata dalam makna
Mungkin saat semuanya sunyi, gelap gulita di bangsal ini dan para hantu beterbangan
Baru mereka bergumam : Ini Cuma setingan belaka!
Halo Garda -- gardu negeri palsu...
Mereka bilang ini Cuma setingan
Bahkan saat sehari tiga puluh kubur menganga
Asap rokok mengepul mencemari udara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H