Mohon tunggu...
jefry Daik
jefry Daik Mohon Tunggu... Guru - seorang laki - laki kelahiran tahun 1987

pernah menjadi guru pernah menjadi penjual kue pernah menjadi penjual tahu pernah menjadi penjual Nasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Atap Sekolahku Dinding Bangsaku

28 Desember 2019   12:09 Diperbarui: 28 Desember 2019   12:15 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hujan telah menyerang

Dulu panas menyengat

Kini petir dan beliung membongkarnya.

Atap kami sudah lama bocor

Sebanyak lubang di dinding kelas

Begitulah angin membelai tubuh yang gerah.

Becek.. Lumpur...

Basahi buku dan sepatu

Rasa dingin dan was was menyelimuti tawa anak - anak

Mereka mengerecoki genangan banjir di kelas dalam senyum.

Namun..

Seorang guru duduk kuatir. Motor yang biasa dipakai untuk mengantar anak - anak terjauh dibalik bukit...tak mungkin mampu menerjang banjir setinggi paha orang dewasa.

Mereka berteriak: hujan

Sebagian berteriak: banjir

Media meliput: pemerintah

Anak anak bergelayut manja di dekapan dada ayahnya

Peristiwa yang jarang terjadi

Bagi istri- istri di perkebunan sawit.

Karya : Jefry Daik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun