Mohon tunggu...
yolla pamela
yolla pamela Mohon Tunggu... Freelancer - Tempat cerita

Ingin punya banyak cerita

Selanjutnya

Tutup

Healthy

The Connection: Enam Bulan Pertama Mengasihi

26 November 2019   20:27 Diperbarui: 26 November 2019   21:01 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tapi suami dan teman-teman saya yang sudah lebih dulu menjadi mama perah berusaha membesarkan hati saya dan meyakinkan bahwa ini belum terlambat dan saya pasti bisa mencukupi kebutuhan ASI Hulya. Akhirnya sayapun mulai teratur memompa ASI untuk Hulya setiap 3 jam sekali. 

Namun saya galau tentang bagaimana menyimpan ASI perah tersebut sebab selama hamil dan melahirkan saya tinggal di rumah mama. Di sana kulkasnya selalu penuh dengan buah, sayuran atau daging sehingga sangat tidak cocok untuk menyimpan ASIP. 

Untunglah ada kulkas di rumah kami yang masih bersih alias hampir tidak pernah ada isinya sehingga setiap hari suami saya bolak-balik menyimpan ASIP dari rumah mama ke rumah kami berdua. Dengan selesainya masalah penyimpanan ASIP ternyata kegalauan belum berkurang. 

Kami bingung bagaimana nanti harus memberika ASIP kepada Hulya. Dari berbagai sumber informasi banyak yang menyarankan untuk menggunakan pipet dibandingkan botol susu sebab jika menggunakan botol susu nantinya anak bisa bingung puting alias tidak mau lagi menyusu secara Direct breast feeding (DBF). 

Padahal ASI akan semakin banyak jika dipompa dan juga diberikan secara langsung pada bayi. Sedangkan untuk memberikan ASIP lewat pipet rasanya selain kami tidak akan telaten juga seperti memberikan obat pada bayi. Akhirnya dengan mengucap bismillah saya mencoba memberikan ASIP pada Hulya dengan botol susu.  

Ternyata tidak butuh penyesuaian lama, Hulya langsung dengan semangat menghisap ASI dari botol susu. Berhari-hari kami mencoba melakukan itu dan bergantian dengan DBF ternyata Hulya bisa menerima keduanya dengan baik. Lagi-lagi kegalauan ini belum paripurna karena saya merasa ASIP yang saya hasilkan tidak sebanyak para ibu yang saya lihat di media sosial. 

Padahal saya merasa cara memompa ASI saya sudah benar yaitu tiap 2 sampai dengan 3 jam sekali dan setelah memberikan Hulya ASI secara DBF. Makan daun katuk dan minum berbagai jamu pelancar ASIpun saya lakukan. Saya tetap rutin memompa namun dengan kecemasan yang luar biasa sampai akhirnya saya bertemu seorang bidan yang juga memiliki jasa foto bayi. 

Ndilalah dia bertanya berapa banyak ASIP yang saya hasilkan setelah memompa. Setelah dia tahu, dia menyarankan pada saya untuk rajin memompa sebelum melakukan DBF pada Hulya. Saya ragu namun dia mengatakan pada saya untuk mencoba dulu. Ternyata setelah saya coba, tips yang dia berikan berhasil. Produksi ASIP saya semakin berlimpah.

Dengan berlimpahnya ASIP yang saya punya, bukannya dermawan saya justru semakin pelit. Saat itu saya masih cuti dan selama 2 minggu Hulya tidak saya berikan ASIP melalui botol. Sayapun tidak mau pergi ke mana-mana demi bisa selalu melakukan DBF pada Hulya. Sampai suatu hari kami semua ada keperluan yang mengharuskan kami pergi keluar rumah sehingga Hulya harus minum ASIP lewat botol. 

Rupanya karena sudah terlalu lama, Hulya lupa bagaimana caranya minum ASIP lewat botol. Selama beberapa hari dia menolak diberikan ASIP lewat botol. Perlahan-lahan saya coba untuk memberi Hulya ASIP botol sambil selalu mengajak bicara dan membujuk Hulya hingga akhirnya diapun mau minum ASIP botol lagi. Sampai sekarang Hulya sudah tidak masalah lagi minum ASIP botol atau minum ASI dengan DBF.

Perjalanan member ASI eksklusif pada Hulya sampai usia 6 bulan ini bukannya mulus. Ada saat-saat di mana saya begitu malas memompa dan memilih tidur saja di malam hari karena terlalu mengantuk. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun