Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Seorang ibu rumah tangga yang ingin terus belajar indahnya Islam dan menebarkannya lewat goresan pena

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia Menyongsong 2023, Semestinya Bukan dengan Resolusi Kosong

8 Januari 2023   22:21 Diperbarui: 8 Januari 2023   22:26 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melihat kondisi ini, tentulah kita bisa juga pastikan kondisi generasi mudanya tak baik-baik saja. Generasi yang biasanya aktif berimprovisasi sebagai manifestasi jiwa muda dan idealismenya tentu tak akan tinggal diam melihat masyarakat dimana mereka tinggal dan hidup sedang tidak baik-baik saja.

 Hingga akhir tahun 2022 ada banyak problem yang terjadi di Indonesia, yang belum terselesaikan dengan tuntas. Terlebih terkait dengan kondisi generasi  muda.  Orientasi pemuda dengan segala potensinya justru diarahkan pada sektor perekonomian saja. Bagaimana menjadi pemenang dalam persaingan global yang mengedepankan digitalisasi atau kecerdasan buatan (IA).  Kata sukses diidentikkan dengan banyaknya uang yang dimiliki, akses kemudahan mendapatkan kelezatan jasadiyah dan self focus atau hanya berputar pada kepentingannya sendiri.

Lebih ngerinya pencapaian sukses itu dengan menghalalkan segala cara sebagaimana yang demokrasi ajarkan. Akibatnya justru banyak kekejian dan duka nestapa akibat pergaulan bebas, narkoba, bullying, LGBT, kekerasan, perkelahian, hingga depresi bahkan bunuh diri bagi mereka yang masuk dalam kelompok " lemah". Kapitalisme dan demokrasi sukses  menciptakan hukum rimba, siapa kuat dia menang.

 Padahal, pemuda juga bagian dari masyarakat dimana setiap keputusan yang mereka ambil sangat berpengaruh pada masyarakat itu sendiri. Persis seperti sebuah kolam yang airnya tenang, ketika satu batu kita lemparkan, entah sisi terluar atau bahkan di tengah kolam, pasti akan menimbulkan gelombang. Maka,  dengan berbagai persoalan tersebut harapan ada perbaikan kondisi pada tahun 2023 sangatlah tipis.  Apalagi saat ini fokus para pejabat sudah bias dengan agenda pemilu tahun 2024.  Pengurusan  umat akan makin terbengkalai.

Berharap Demokrasi Bawa Perubahan, Ilusi!

Harapan adanya perubahan yang membawa kebaikan hanya ada ketika  Indonesia menerapkan Islam secara Kaffah karena hanya Islam lah sistem yang sempurna. Tak mungkin kita lanjutkan sistem demokrasi dan kapitalisme lebih lama, baik secara norma, historis maupun empiris. Secara norma atau budaya, demokrasi yang berasal dari Yunani ini telah lama dinyatakan gagal, bahkan pengemban terkuat hari ini, Amerika sudah tertatih-tatih menghadapi kebobrokan dari dalam. Berbagai pergolakan sosial yang menghendaki demokrasi mati terus bermunculan, sporadis sehingga masih lemah untuk berubah menjadi revolusi.

 Secara historis, kepemimpinan Islam terhadap dunia hingga mampu menciptakan peradaban mulia dan cemerlang telah berjalan sepanjang 1300 tahun lamanya. Dimana panjangnya waktu itu belum ada yang mampu menyaingi. Kapitalisme-demokrasi baru berjalan 100 tahun lebih sedikit namun sudah menunjukkan tanda-tanda kehancuran dan ditinggalkan. Islam, sebagai ideologi sebuah negara, telah sukses menghimpun berbagai manusia dari berbagai budaya, agama, ras, suku, budaya, bahasa dan warna kulit dalam satu pimpinan, yaitu Khilafah.

 Tak beda antara mereka yang di Maroko dengan di Afrika, di Eropa maupun sebagian Asia. Semua tunduk dalam pengaturan syariat. Kebutuhan pokok mereka dari mulai sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan dan keamanan dijamin oleh negara. Negara hadir sebagai periayah atau pemelihara bagi rakyat, sebagaimana seorang ibu yang memastikan anak-anaknya tumbuh dengan sehat dan bahagia. Hal ini karena Rasulullah bersabda, "Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR al-Bukhari).

 Demikian pula terwujudnya Generasi calon pemimpin yang berkualitas hanya dapat terwujud dalam naungan Khilafah islamiyyah. Ini baru bisa disebut sebuah solusi, sebab berdasar kepada apa yang diperintahkan oleh Allah SWT, Sang Pencipta dan Pengatur alam semesta beserta isinya. Hukum-hukumnya menciptakan keadilan, sementara hukum manusia yang terangkum dalam KUHP yang baru saja disahkan sangat-sangat meragukan, banyak pasal dan ayat karet, yang rawan diinterpretasikan berbeda bergantung pada kepentingan siapa yang bermain.

Rasulullah Saw juga bersabda, " Siapa saja yang diamanahi oleh Allah untuk mengurus rakyat, lalu mati dalam keadaan menipu rakyatnya, niscaya Allah mengharamkan surga atas dirinya". (HR Muslim). Bukankah penguasa yang lebih condong kepada kaum kafir akan sangat berpeluang menipu rakyat? Wallahu a'lam bish showab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun