Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Seorang ibu rumah tangga yang ingin terus belajar indahnya Islam dan menebarkannya lewat goresan pena

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Mau Anak Shalih? Jadilah Orang Tua Shalih Lebih Dahulu

10 Oktober 2022   20:20 Diperbarui: 10 Oktober 2022   20:32 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: desain pribadi

Pepatah buah jatuh tak jauh dari pohon memang bukan ecek-ecek alias asbun ( asal bunyi). Pepatah itu nyata, dan menyangkut tentang habits atau pembiasaan. Apapun di dunia ini berasal dari pembiasaan, rutinitas dan dilakukan berulang-ulang.

Baik aktifitas baik, jahat, penting tidak penting, salah benar berawal dari satu aktifitas yang direpeat setiap hari. Dan, karena hal pembiasaan inilah, saya sebagai ibu dibuat malu oleh anak sulung saya.

Selesai memberesi barang-barang di kos lama, kami berniat pamit kepada bapak dan ibu kos. Sekaligus berterimakasih karena selama dua bulan ini sudah menerima anak kami untuk kos. Secara, saat mendapatkan kos ini sangatlah epik, sulungku browsing di salah satu aplikasi penyedia rumah atau kamar kos dan begitu melihat pintu pagar kos-kosan langsung berniat booking. Padahal ayahnya sedang di luar kota yang berarti keputusan iya atau tidaknya ada di saya, ibunya. Inilah pengalaman pertama baginya dan bagi saya. 

Dengan pertimbangan masa ospek kampus sebentar lagi, sudah tak ada waktu lagi untuk mencari maka saya iyakan niat sulungku. Maka, berangkatlah pria kecilku itu menuju rumah kos dan bertemu dengan pemilik kos, sepasang suami istri berparas Arab. Menurut anakku, mereka berdua heran karena anakku datang tanpa orangtua. Singkat cerita, deal akad sewa kontraknya dan sulungku pulang membawa kunci.

 Minggu berikutnya, kami datang untuk boyongan barang, berharap bisa bertemu dengan pemilik kos dan bersilahturahmi, ternyata masih belum rezeki karena mereka sekeluarga sedang ada di Ponorogo untuk acara keluarga.

 Maka, pertemuan kami kemarin adalah yang pertama sekaligus yang terakhir. Wajah ramah muncul dari balik pintu begitu kami mengetuknya. Mereka mempersilahkan kami masuk, namun karena sudah  sore dan kami masih harus berbenah di kos yang baru, kami menolak halus, saat itulah ibu kos mengatakan bahwa sulungku sangat rajin berjamaah terutama subuh. Masyaallah,  beliau mengatakan jarang ada anak muda semodel dia.

 Tentulah malu sekaligus menjadi muhasabah. Ucapan Ridha kepada anak-anak setiap selesai shalat yang selalu kupanjatkan ternyata diganti dengan yang luar biasa dan di luar dugaan. Bagaimana keadaannya jika aku memutuskan lebih lebih Shalih, tentulah Allah akan memberi lebih banyak berlipat-lipat kali.

 Dan inilah sebenarnya tantangan menjadi orangtua hari ini, di tengah arus modernisasi ala kapitalis yang tidak ada campur tangan agama samasekali memunculkan banyak persoalan di kalangan generasi muda. Seringkali yang disalahkan adalah adanya gap usia antara orangtua dan anak. Anak menganggap orangtuanya toxid, tak ikuti zaman dan terlalu banyak aturan. Sementara orangtua pusing karena banyaknya istilah asing untuk pergaulan mereka, circle pertemanan, hingga menyangkut pemikiran mereka tentang masa depan.

 Seolah anak susah di atur karena tidak sefrekwensi. Padahal akar persoalannya adalah minim belajar sehingga arus komunikasi terganggu. Tak jarang ada orangtua yang merasa tabu untuk belajar, tak hanya agama namun juga tsaqofah keIslaman guna mengikuti perkembangan zaman. Islam adalah agama yang sempurna, ia berlaku hingga akhir zaman.

 Para pengusung ide liberal saja yang mengatakan Islam harus dimodifikasi dan dikodifikasi agar tak ketinggalan dan terkesan lebih kekinian, padahal yang dimaksud adalah kebebasan beragama, aturan berasal dari manusia dan kiblatnya adalah dunia barat yang "maju". Mereka silau dari cahaya permukaan saya, padahal bak bulan, peradaban barat tak memancarkan cahayanya sendiri  melainkan pantulan saja dari cahaya matahari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun