Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Seorang ibu rumah tangga yang ingin terus belajar indahnya Islam dan menebarkannya lewat goresan pena

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Peran Keluarga dalam Mencetak Keluarga Shalih

28 Agustus 2022   23:16 Diperbarui: 28 Agustus 2022   23:17 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai potret buruk perilaku remaja hari ini sungguh sangat memprihatinkan. Dari mulai tawuran antar geng, pembullian antar teman, pembunuhan, seks bebas, LGBT, narkoba dan lain sebagainya sungguh sangat mengiris hati. Usia beliau, belum genap 20 tahun, telah kehilangan jati diri yang hakiki.

 

Dan hal itu terjadi sangat dekat dengan lingkungan kita, dimana yang disebut anak, tentulah bukan semata anak kandung kita, melainkan anak-anak tetangga kita, teman sekolah mereka dan siapapun yang sebaya dan kerap berinteraksi dengan anak-anak kita.

 

Pertanyaannya, mengapa bisa demikian? Dan apa yang harus kita lakukan menghadapi fakta ini? Jawabannya karena kita hidup sekuler , yaitu hidup dengan tata aturan yang memisahkan agama dari kehidupan. Orang boleh beragama boleh tidak, meski di atur dalam UUD 1945 tentang kebebasan memeluk agama, namun faktanya boleh-boleh saja jika anda tidak beragama.

 

Tidak ada sanksi dari negara jika anda memutuskan atheis. Banyak tayangan video atau podcast artis yang ketika ditanya kapan terakhir anda shalat menerawang dan terlihat mengingat-ingat, artinya shalat bukan termasuk dalam rutinitas kegiatan mereka. Ini publik figur, yang tentunya memiliki pengikut yang tak sedikit bahkan banyak yang sangat fanatik. Wajar jika kini pun generasi muda banyak yang meniru mereka, wajar, manusia memang peniru, bahkan rela mengangungkan siapapun, benda atau perilaku apapun jika dianggap sesuatu itu memberinya manfaat.

 

Dari Ibnu 'Abbas, Rasulullah saw  bersabda,"Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, Hidupmu sebelum datang kematianmu."

(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami' Ash Shogir).

Hidup ini singkat, manusia hari ini kebanyakan mati saat berusia 60-70 tahun, jika bisa lebih hingga 100 itu sudah bonus luarbiasa. Artinya pemahaman terhadap hadis di atas sangatlah penting untuk kita tidak menyia-nyiakan waktu kita, terutama masa muda, dimana kondisi fisik dan psikis seseorang dalam keadaan prima. Sementara usia tua, pastilah segala organ tubuh sudah mengalami kemunduran.

 

Masa muda, lebih erat hubungannya dengan anak muda, ya, remaja kita. Islam telah datang menjelaskan betapa potensi masa muda ini luar biasa, maka datang perintah untuk menjaga sejak dini. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya,"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (QS at-Tahrim:6).

 

Ada perintah peliharalah, dirimu terlebih dahulu, artinya sebelum membina keluarga, masing-masing calon ayah dan ibu sudah berbekal pengetahuan yang cukup tentang berumah tangga. Sebab berumah tangga bukan sekedar menyatukan dua manusia yang berbeda kelamin, namun juga persamaan visi dan misi berumah tangga itu apa. Terutama ayah, sebab ia adalah imam dalam keluarganya kelak.

 

Kemudian perintah beralih kepada menjaga keluarga, yaitu anak dan istri. Menjaga dari apa? Dari api neraka, dimana api neraka itu bahan bakarnya bukan kayu atau dedaunan kering, melainkan manusia dan batu. Banyak ayat yang menjelaskan manusia yang bagaimana yang kelak dijadikan oleh Allah sebagai bahan bakar. Yang jelas bukan mereka yang taat kepada setiap perintah dan larangan Allah. Dan satu lagi, dijadikan bahan bakar tentulah karena Allah SWT tidak Ridha kepadanya. Nauzubillah...

Dikatakan lagi, jika neraka itu dijaga oleh malaikat yang  kasar dan keras. Di dunia mungkin kita bisa mengelak, contoh mudah saja ketika ada operasi helm dan kelengkapan surat-surat kendaraan bermotor, dan kita tahu kita tidak memenuhi syarat, pastinya bakal kena tilang, tapi kita masih bisa putar balik, mencari jalan alternatif lainnya agar terhindar dari tilang polisi. Jalan tikus pun akan dilalui asalkan selamat. Sedangkan jika diakhirat, siapa yang bisa menghindar?

Malaikat penjaga neraka di atas, digambarkan pula tak pernah menyelisihi perintah tuannya, Allah SWT. Siapapun tak bisa mengingkari jika malaikat adalah salah satu makhluk ciptaan Allah yang taat tanpa tapi. Tak punya nafsu. Maka, kata menjaga tadi menjadi kunci, apakah kita berakhir di surga firdaus atau menjadi bahan bakar neraka yang entah akan berakhir kapan.

 

Anak memang menjadi tanggung jawab kedua orangtuanya. Pembagian tugasnya pun bukan pria hanya pencari nafkah, sedang ibu merawat anak dan rumah. Namun seimbang, saling melengkapi dan penuh kasih sayang. Jika ada kesalahan pada anak, bukan semata salah ibu, namun juga ayah. Sebagaimana  sabda Rasulullah Saw,"Setiap anak terlahir dalam keadaan fitrah. Orangtuanya yang akan membuat dia yahudi, nasrani, dan majusi" (H.R. Muslim).

Baik buruknya anak jelas bergantung pada orangtuanya. Namun, benarkah hanya orangtua? Tidak, ternyata Islam menjelaskan ada tiga pihak yang bertanggung jawab terhadap pembinaan generasi selain keluarga, yaitu lingkungan dan negara. Lingkungan yang beramar makruf nahi mungkar, negara yang menjadi penjaga rakyat terutama penjamin seluruh kebutuhan pokok rakyat.

 

Jika Islam memastikan demikian, lantas adakah bukti yang menunjukkan keberhasilan Islam menjadi sebuah sistem pencetak generasi unggul? Bagaimana kita sekarang tak bisa lepas dari Facebook, bukan karena aplikasi itu selalu menanyakan "apa yang anda pikirkan". Namun, pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, terinspirasi algoritma, dimana  Al-Khawarizmi adalah muslim pertama dalam ilmu hitung matematika. Seorang ilmuwan bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Musa dikenal dengan sebutan al-Khawarizmi karena ia berasal dari Khawarizm, sebuah daerah di timur laut Kaspia. Lahir sekitar tahun 780 di Khwarezmia dan wafat sekitar tahun 850 di Bagdad. Dialah penemu pertama Aljabar dan Algoritma.

 

Masih ada Ibnu Sina, Maria Astrullabi, Ibnu Firnas dan lain-lain. Mereka adalah para ilmuwan, sekaligus ahli agama, hadist, fikih dan lainnya. Sumbangsih mereka tidak hanya untuk negara Islam namun juga dunia.  Meskipun revolusi industri menjadi penanda pertama kebangkitan Eropa, namun hal itu hanyalah lanjutan dari peradaban cemerlang sebelumnya yaitu Islam. Torehan emas sejarahnya tak bisa diingkari.

 

Bagaimana Islam bisa mencetak generasi cemerlang? Semua berpulang pada sistem pendidikan Islam itu sendiri. Kurikulum yang dibuat didasarkan akidah Islam. Kemudian tujuan pendidiknya adalah membentuk kepribadian Islam, menguasai IPTEK sekaligus berbagai ketrampilan yang berguna dan berdaya guna.

 

Maka, sebuah keluarga agar bisa menjadi salah satu pilar pendukung terciptanya generasi Sholih haruslahlah solid terlebih dahulu, yaitu ada sinergi antara suami dan istri, memiliki standar hidup yang sama dan benar, yaitu Islam. Dan memiliki pengetahuan. Kemudian lingkungan yang tumbuh aktif aktifitas amat makruf nahi mungkar, hal ini bukan semata karena keakraban atau tali silahturahmi yang terjaga antar tetangga melainkan terkait adanya pemahaman, pemikiran dan perasaan yang sama tentang segala sesuatu yang terjadi di tengah masyarakat.

 

Terakhir adalah negara, sebagaimana sabda Rasulullah saw ,"Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR al-Bukhari). 

Salah satu bentuk penjagaan negara adalah menutup situs-situs yang tidak sesuai syariat. Jika ketiganya bersinergi dengan baik, tentulah persoalan generasi akan terselesaikan dengan baik, masyarakat adil sejahtera, sebab generasi pemegang tongkat estafet beradaban akan benar-benar sekaliber para sahabat atau para penemu di dunia peradaban saat ini. Wallahu a'lam bish showab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun