Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Seorang ibu rumah tangga yang ingin terus belajar indahnya Islam dan menebarkannya lewat goresan pena

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hadiah Terindah

9 Juni 2022   23:03 Diperbarui: 9 Juni 2022   23:05 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: desain pribadi

Setiap orang jika diberi hadiah pastilah suka. Malah ada yang berpendapat, lebih enak makan makanan yang gak usah pakai bayar, alias gratis. Pantas saja Rasulullah Saw menganjurkan kepada umatnya untuk saling memberi hadiah. "Silakan saling memberi hadiah kalian, maka kalian akan saling mencintai". 

Bukti cinta memang bukan selalu hadiah. Bisa berupa pendidikan, perhatian, saling mengingatkan dan lainnya. Memberi hadiah memang yang paling lazim. Lebih jauh lagi, pengertian hadiah bisa personal sekali, tergantung pada persepsi manusia itu sendiri. Namun bagi Muslim, ada tambahannya, yaitu standarnya syariat. Hal itu terkait barang, waktu dan kepada siapa barang itu kita berikan. 

Akan sangat berdosa ketika kita memberikan selamat beserta bingkisan pada seseorang yang berbeda keyakinan. Atau pada seseorang yang kebetulan ada padanya jabatan. Dan, jika saya pribadi ditanya hadiah apa yang paling berharga di dalam kehidupan saya agak susah juga, sebab saya tidak pernah merayakan ulangtahun, tidak pernah menjadi seseorang yang istimewa sehingga bisa mendapatkan hadiah. 

Kita perluas makna hadiah dan ternyata saya menemukan sebuah perjalanan hidup yang luarbiasa. Dari jahiliyah menjadi Muslimah, dari bodoh menjadi berilmu, dari sekadar tahu menjadi orang yang menjadikan kegiatan memberitahu sebagai poros hidup. 

Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya,"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri"? (QS Fusshilat :33).

Jika mau jujur, siapakah saya? Namun ternyata di hadapan Allah setiap pribadi berbeda nilainya. Bukan kebetulan jika berIslam membutuhkan konsekwensi lanjutan, yaitu menuntut ilmu dan kemudian menyebarkannya. Dan setiap peristiwa membawa jejak rekam, bahwa hidup selanjutnya adalah hadiah. 

Setiap kesulitan kadang memang melemahkan. Terutama untuk amanah yang mengharuskan bertemu dengan seseorang yang baru, belum mengenal Islam dan bisa jadi sudah underestimate bertemu kita. Bagaimana pula beratnya belajar agar kita mampu menggambarkan indahnya Islam dengan penjelasan yang sederhana, jelas, singkat namun tepat sasaran. 

Islam menjadikan saya pribadi menikmati hadiah-hadiah setiap hari. Memberi kesempatan sebagai orator ulung, penulis yang bernas mengupas berita, guru yang baik, operator handal, even organisator, duta, moderator cakap dan lain sebagainya. Hingga tanpa hari tanpa disi belajar. Ibarat kita berdiri di sebuah karang terjal dan menanjaki tangga mercusuar, kita akan bisa melihat jejak yang kita tinggalkan. 

Di saat hendak menyerah, Allah SWT menghadirkan orang-orang yang tak hanya kuat, namun juga ada yang lemah, namun punya misi yang sama, bukan untuk membuat kita makin terpuruk, namun Allah ingin hambaNya ini mengasah sabar dan konsisten lebih besar lagi.

Hadiah terindah itu adalah proses saya menjalani hidup itu sendiri. Meski setiap orang berbeda, di situlah uniknya. Hidup itu pilihan, benar! Namun bagi Muslim, tak ada pilihan selain taat hanya kepada Allah SWT. Betapa banyak di luar sana manusia yang masih mengutuk kehidupan. 

Merasa tak adil, tak bisa bahagia atau sukses dan lainnya, namun sejatinya bukan semata kesalahan mereka hingga hidup seolah " tak berpihak" pada dirinya. Namun ada campur tangan aturan yang sedang berlangsung bukan dari syariat.

Yang mendominasi bahkan mengamputasi nalar kaum Muslimin adalah kapitalisme sekuler ini, semua dihitung manfaat material semata. Padahal ada banyak yang luput dari perhatian, tak setiap hadiah berupa barang atau uang. Bahkan senyum dari orang yang kita sayangi adalah hadiah. Termasuk keimanan terhadap Islam yang tertanam dalam hati masing-masing. Wallahu a'lam bish showab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun