Sifat manusia sebagai makluk sosial menjadikan ia tak pernah bisa benar-benar mandiri. Segalanya ia kerjakan sendiri. Pasti butuh orang lain hingga sebuah komunitas. Inilah fitrah manusia sebagai makluk, terbatas, fana dan membutuhkan yang lain.Â
Di dalam Quran Surat Al-Kautsar, Allah seolah memberikan challenge kepada manusia, ia memutuskan berdiri di kelompok mana. Surat ke-108, Makiyyah dan berisi tiga ayat ini memang luarbiasa.Â
Sejak ayat 1-3 semuanya menunjukkan totalitas Allah SWT sebagai Sang Khalik, Sang Pengatur, Maha Bijaksana dan Maha Kasih. Hal ini bisa dilihat sejak dari asbabul Nuzul surat ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Anas, suatu hari Rasulullah berada dalam majelis bersama para sahabat. Sejenak Rasulullah tertunduk mengantuk, kemudian ketika tegak kembali, beliau tersenyum. Para sahabat bertanya apa gerangan yang membuat beliau tersenyum.Â
Rasulullah Saw menjawab, bahwa beliau diberi karunia sebuah telaga, Al-Kautsar, berisi kebaikan dan bejana-bejana yang berada disampingnya sebanyak bintang dan planet yang ada di alam semesta ini. Sungguh menakjubkan, teknologi manusia tercanggih sekalipun baru bisa menghitung skala Bima Sakti. Dan galaksi ini adalah terkecil, hanya satu bagian dari berjuta-juta bahkan bermilyar-milyar bintang dan benda langit yang ada.Â
Belum lagi dinding-dinding telaga terbuat dari emas dan perak, bebatuannya berupa yakut dan mutiara. Airnya bening senikmat susu atau khamar yang tidak memabukkan. Intinya, tak pernah terlintas di mata dan fikiran manusia siapapun. Telaga itu khusus untuk Rasul dan para pengikutnya.Â
Dari sinilah bermula, Allah memberitahu betapa sangat besar karunia yang diterima Rasulullah, yaitu petunjuk dan jalan yang membawa pada kebahagiaan dunia akhirat. Kata Al-Kautsar selain diartikan telaga atau sungai juga banyak mufasir yang menafsirkan kebaikan yang banyak. Itulah Islam dan Alquran.Â
Allah SWT menegaskan ayat satu ini dengan kata "Inna" yang bermakna sumpah. Jika Pencipta Langit dan bumi beserta seisinya bersumpah, bukankah itu artinya tak akan mungkin tercela apalagi dusta? Maka, di ayat kedua, Allah memerintahkan Rasul Saw untuk shalat dan berkurban.Â
Dimana shalat dan kurban adalah perintah syariat, dan Allah sendirilah yang langsung menerimanya. Maka, beranikah kita melanggar perintah ini? Sedangkan ayat ketiga, kembali setelah Rasulullah merasa berat dengan celana kaum kafir, Allah menjanjikan kemenangan.Â
Para kafir itu mencela bukan karena benci dengan kepribadian Rasulullah, sebutan Al-aamin sudah bisa menjadikan bukti bahwa mereka sangat menghargai Rasulullah Saw. Bahkan ketika sengketa siapa yang menjaga Ka'bah, Rasulullah hadir sebagai penengah dan mampu mewujudkan kata sepakat di antara para pemuka kafir Quraisy. Kebencian mereka kepada Rasulullah berawal dari Rasul yang selalu mencela sesembahan mereka bahkan berani mengajak mereka meninggalkan apa yang sudah mereka jalankan seumur hidup.
Intinya mereka tidak rela Rasul mencela kebodohan mereka. Maka berhati-hatilah ketika kita berada pada kelompok yang membenci Rasulullah, menghinakannya bahkan menolak apa yang beliau bawa yaitu Islam. Sebab Allah SWT menjanjikan akan menghinakan semua musuh Rasul. Siapa saja yang membenci dan mencaci Nabi akan dikenang karena kejahatannya, namanya tak akan lebih baik dari itu. Dan di akhirat akan mendapatkan azab yang pedih.Â
Maka, berdiri dimana kita? Apakah di kelompok mereka yang mengaku beragama Islam, namun menjadi musuh terdepan dan nyata dengan selalu mendukung ide kaum kafir? Lembut kepada penyerang agama Allah dan jahat serta keji kepada sesama Muslim, turut serta mengkampanyekan perilaku terlarang kaum kafir bahkan menjadi salah satu pelakunya, nauzubillah.
Atau memilih berada dalam kelompok yang senantiasa memperdalam tsaqofah guna memperkuat keimanan. Sehingga ketika ilmunya bertambah, makin bertakwalah ia dan semangat untuk selalu menghasilkan amal salih. Hidup kata orang adalah pilihan, namun bagi seorang Muslim yang hakiki, yang beriman kepada hari akhir justru tak ada pilihan kecuali berpegang teguh kepada tali agama Allah. Yuk muhasabah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H