Bayangkan seandainya setiap manusia diberitahu kapan dia mati atau sampai ajalnya, tentulah ia akan rajin beribadah atau sebaliknya akan depresi, sebab ia akan kesulitan menata hati dan fikir. Manusia tipenya jika didesak baru akan bergerak. Jika tidak, maka menunda akan menjadi kebiasaannya.Â
Banyak orang yang menunda mengkaji agama, menutup aurat, berinfak selagi lapang, memperjuangkan Islam, membuang riba, mencabut sistem kufur dan lain sebagainya, seolah waktunya masih panjang, dan seoalah dia tahu masa depan. Padahal, hitungan Allah SWT dengan hitungan manusia seringkali berbeda. Apa yang direncanakan manusia, seringnya tak sesuai dengan keinginan Allah.Â
Keempat, lalu akan diberitakan semua yang sudah kita kerjakan sebelum mati, diberitakan sejak kita sudah mukallaf ( bisa dibebani syariat/ baligh), sebab hanya ada tiga golongan yang tidak dihisab (dihitung) amalnya yaitu sesuai apa yang disabdakan Rasulullah saw," Pena diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan: orang yang tidur sampai dia bangun, anak kecil sampai mimpi basah (baligh) dan orang gila sampai ia kembali sadar (berakal)." (HR. Abu Daud. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).Â
Maka, masih berani setelah faham empat poin ini berleha-leha? Sebagai orang beriman tentu tak akan berpangku tangan, menunggu nasib diundi. Jika hoki menang, jika tidak bangkrut. Perkataan Umar bin Khattab mungkin bisa menjadi pelecut bagaimana semestinya kaum Muslim menghadapi kematian. "Bila engkau bersiap-siap untuk sesuatu, maka bersiaplah untuk mati. Karena jika engkau tidak siap untuk mati, engkau akan rugi".Â
Persiapan kematian sudah sukses membuat Rasulullah dan para sahabat begitu konsisten memperjuangkan Islam hingga kita kini bisa ikut juga memeluknya. Yang ada dalam benak mereka hanyalah kehidupan surga di akhirat yang abadi dan menghapus semua penderitaan di dunia. Kesimpulannya, wajar bagi kita setiap ada berita kematian kemudian menjadi takut, namun yang benar, adalah terus istikamah memperbaiki kualitas diri dan kembangkan berbagi potensi diri. Wallahu a'lam bish showab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H