Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Seorang ibu rumah tangga yang ingin terus belajar indahnya Islam dan menebarkannya lewat goresan pena

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orangtua Bukan Tempat Hitung Untung Rugi

18 Maret 2022   22:51 Diperbarui: 18 Maret 2022   22:57 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: IG oemar_mita/wowfact.id

Sungguh sangat prihatin jika melihat berbagai cerita di sekitar kita. Tak pernah sepi dari konflik anak dan orangtua. Terlebih jika orangtua sudah lanjut dan sakit-sakitan. Anak mulai perhitungan siapa yang merawat, beli obat, temani kontrol, dan lain sebagainya. Mereka lupa, berapa lama mereka dalam pengasuhan orangtua, bukankah setiap anak tak langsung tumbuh dewasa dan sukses?

Anak yang benar-benar berbakti perbandingannya sangatlah sedikit di dunia ini. Mungkin kita sudah digetarkan dengan kisah fenomenal di zaman Nabi saw masih hidup, yaitu Uwais Al-Qarni. Tetangganya heran melihat Uwais rajin menggendong anak lembu yang baru saja dibelinya, naik turun bukit, tak tanggung-tanggung, anak lembu dipanggung di pundaknya. Kebiasaan aneh itu berjalan berbulan-bulan, Uwais tak pernah menghiraukan apapun perkataan tetangganya. 

Hingga anak lembu itu tumbuh menjadi seekor sapi gemuk, Uwais tetap memanggulnya naik turun bukit, hingga suatu saat ia menjual sapinya dan tahulah tetangganya, semua yang dilakukan Uwais adalah agar ia bisa menunaikan ibadah haji, sesuatu yang sangat diharapkan ibunya. Namun karena ibunya buta dan sudah tua, maka Uwais memutuskan menempuh perjalanan hajinya dengan menggendong ibunya. 

Masyaallah, sebuah bentuk cinta yang amat sangat diridhai Allah SWT hingga Nabi menyarankan para sahabatnya untuk segera menemui Uwais al- Qarni untuk memetik hikmah darinya. Cinta kepada orangtua juga diperintahkan Rasulullah kepada seseorang yang bertanya siapa yang didahulukan dalam berbakti?

Dalam hadis yang diriwayatkan Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: "Dari Abu Hurairah, dia berkata, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya: 'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?' Rasul pun menjawab: 'Ibumu'. 'Lalu siapa lagi?', 'Ibumu'. 'Siapa lagi', 'Ibumu'. 'Siapa lagi', 'Ayahmu'."

Dalam kitab Fath al-Bari karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, beliau menjelaskan disebutnya nama ibu sebanyak tiga kali karena umumnya ibu telah melewati tiga kesulitan dalam hidup. Antara lain ketika mengandung, melahirkan, hingga menyusui. Maka, terlepas dari fakta ada kesalahan saat seorang ibu mengasuh anaknya, bisa jadi itu sebuah kekhilafan, namun pantaskah kemudian anak menuntut sesuatu yang tak mungkin dikembalikan? Kemudian perhitungan dengan apa yang seharusnya seorang anak berikan kepada orangtua terutama ibunya? 

Masa lalu tak mungkin dikembalikan, sebab waktu terus berjalan. Sekalipun sama nama harinya namun jelas berbeda peristiwa yang mengiringinya. Maka, berapa lama usia seorang manusia termasuk ibu dan ayah kita?

Alangkah bijaksananya jika berdamai dengan sebuah kesalahan, bukan karena kelemahan, namun justru itulah keadaan terkuat, sebab semua hal yang kita tak mampu tanggung kita kembalikan kepada pengaturan Allah SWT Sang Pemegang keteraturan. 

Bagaimanapun, seorang ibu adalah manusia biasa, yang belajar menjadi orangtua, salah benar adalah relatif, maka memang seharusnya menjadi seorang ibu harus cerdas ilmu dunia dan akhirat, agar ia bisa mendidik anak-anaknya lebih baik. Jika hal itu tidak bisa tercapai karena banyak faktor tidak lantas kita mengadilinya dan membuat sisa usianya dalam kesedihan, bak air susu di balas air tuba. 

Allah Saw tak ada hijab (penutup) antara doa ibu yang teraniaya anaknya dengan Allah SWT sendiri, maka doanya, senyumnya, perkataannya adalah Rahmat dana keberkahan bagi kita. Dengannya kita pun mendapatkan keridhaan Allah SWT tanpa hijab. 

Meringankan beban letih, lelah, lemah bahkan menurunnya daya ingat orangtua kita adalah lebih baik berjuta-juta kali dibanding saat mereka telah terkubur dalam tanah dan kita hanya melihat nisannya di makam. Bayangkan betapa seumur hidup mereka tak pernah putus mengharapkan kebahagiaan dan kesehatan kita. Tanyalah hatinya, bagi mereka anaknya tak pernah beranjak dewasa, selamanya tetap anak di hati mereka. 

Lantas, mengapa marak sikap anak terhadap orangtuanya tak ahsan? Sekulerisme yang dijadikan asas pembuatan aturan saat ini sangat memengaruhi perilaku setiap anak kepada orangtuanya. Orang boleh beragama dan bertuhan, namun ketika menghadapi persoalan dunia tak boleh pakai aturan agamanya bahkan Tuhannya. 

Mereka lupa hisab di hari akhir, dimana amal shalih di dunia ini adalah sebaik-baiknya bekal akhirat. Tak ada naungan dari panasnya Padang Mahsyar kecuali naungan Allah swt. Orangtualah pintu surga pertama sebelum yang sebenarnya nanti di akhirat. Hilangkan mindset perhitungan, sebab tak ada yang bisa setara menggantikan beratnya kandungan, terbukanya rahim yang seolah mematahkan tulang belulang, darah yang berubah menjadi air susu bernutrisi tinggi yang berubah seiring perkembangan anak. 

Bagaiamana dengan desahan doa mereka ketika anak sakit, mereka selalu meminta mereka yang sakit sebab tak rela buah hatinya menderita. Mereka yang rela tak kenyang, tak tidur, tak bisa me time hanya untuk melihat tumbuh kembang anaknya yang tak akan terulang. Benarlah pepatah mengatakan, kasih ibu sepanjang jalan ,kasih anak sepanjang galah. 

Islam sangat detil mengajarkan kepada kaum Muslim bagaimana menjadikan orangtua sebagai ladang pahala. Merawat orangtua bukanlah hal yang sulit, sebab ada jaminan negara terkait kesejahteraan. Bukankah sejahtera adalah terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan negaralah yang memberikan keadaan itu? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun