Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Valentine, Ujungnya Berzina

17 Februari 2022   19:11 Diperbarui: 17 Februari 2022   19:16 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: zazzle/pinterest

Tanggal 14 Februari identik dengan hari kasih sayang, atau Valentine's day. Banyak pendapat soal asal usul perayaan hari Valentine ini, namun yang lebih lama adalah bahwa hari Valentine berasal dari festival Romawi Lupercalia, yang diadakan pada pertengahan Februari. Festival ini merayakan datangnya musim semi, termasuk upacara kesuburan dan pemasangan undian antara wanita dengan pria. 

Hari Valentine di bulan Februari adalah upaya untuk "mengkristenkan" perayaan pagan Lupercalia. Dirayakan pada 15 Februari, Lupercalia adalah festival kesuburan yang didedikasikan untuk Faunus, dewa pertanian Romawi, serta pendiri Romawi Romulus dan Remus. Jelas-jelas budaya ini bukan berasal dari Islam, namun ,di negeri Muslim terbesar ini, Indonesia, perayaan ini tak pernah surut.

Bahkan menjadi ajang zina, sebagai ungkapan berkasih sayang. Sebagaimana yang terjadi di Mojokerto, Jawa Timur. Satpol PP kota Mojokerto berhasil mengamankan 13 pasangan yang berstatus bukan suami istri. Bahkan 3 di antaranya masih berstatus pelajar. Mereka ditangkap dari sejumlah lokasi homestay dan kamar hotel.

 "Dari 5 lokasi tersebut, kita mendapati 13 pasangan dalam satu kamar, dan dari data sementara kira-kira ada tiga yang berusia pelajar," ungkapnya seperti dilaporkan Fuad, reporter Maja FM, Selasa (suarasurabaya.net,15/2/2022).

Heryana Dodik Murtono Plt Kepala Satpol PP Kota Mojokerto, mengatakan, Mereka yang terjaring kemudian dibawa ke Kantor Satpol PP Kota Mojokerto untuk dilakukan pendataan dan pembinaan. 

Jika diketahui kembali terjaring razia, lanjut Dodik, pihaknya akan memberikan sanksi yang lebih berat. Sementara untuk seorang laki-laki yang sedang menunggu pasangannya lewat aplikasi pesan, juga diperiksa.

Tanpa pemahaman yang benar terkait agama (Islam) membuat masyarakat terjerat dalam gaya hidup yang salah. Menganggap kasih sayang harus diungkapkan dengan berhubungan fisik layaknya suami istri. 

Dan hal itu semakin distimulasi dengan berbagai tayangan di televisi, media sosial yang samasekali tak berbatas. Liberal, bebas tanpa ikatan agama. Gaya hidup yang justru bukan berasal dari Islam menjadi acuan, padahal jelas apa sanksi dan hukumnya dalam Islam. 

Jangankan diindahkan, dipelajari saja kaum Muslim sekarang lebih memilih mundur, sebab terkooptasi dengan narasi busuk para pengusung moderasi beragama yang mencap mereka yang belajar agama secara mendalam sebagai teroris dan radikalisme. 

Ironinya, tak ada pembelaan sedikitpun dari para penguasa, sebab nyatanya mereka pengusung ide moderasi beragama itu sendiri, merekalah orang-orang yang telah tercocok hidungnya dengan kepentingan perut. 

Maka, jika tak ada edukasi dan pendampingan dari penguasa bagaiamana mungkin ada penerapan hukum yang tegas. Dengan fakta zina di depan mata, penguasa masih memberi hukuman pendataan dan pembinaan. Padahal, hukuman yang menjerakan yang akan membuat kasus perzinahan selesai. Sebab dalam Islam, zina adalah tindakan kriminal. Pelakunya jika masih belum pernah menikah dicambuk sebanyak 100 kali, namun jika sudah menikah dirajam hingga mati. Dan semua harus diperlihatkan di hadapan khalayak ramai. 

Hal itu karena hukuman dalam Islam bersifat zawajir ( pencegahan) dan jawabir ( sebagai penebusan dosa). Sedangkan hukum di dunia, terutama dalam sistem sekuler ini seringkali terhalang dengan Hak Asasi Manusia. 

Hukuman dalam Islam dianggap keji dan tidak berperikemanusiaan, sedangkan HAM lebih manusiawi, padahal cobalah ditengok dampak dari perzinahan dan seks bebas yang marak, bahkan makin terang-terangan dengan berbungkus acara Valentine day. 

Ketidakjelasan nasab, kehilangan hak waris, rusaknya institusi pernikahan, terguncangnya akidah masyarakat dan jelas tindak kriminal lainnya. Bagaimana kesejahteraan dan kedamaian tercipta, dengan perzinahan yang dibebaskan, padahal keduanya adalah kebutuhan pokok? Kemudian berharap pada sistem hari ini yang memisahkan agama dari kehidupan?

Jika penguasa memandang sama haramnya pada perzinahan, maka akan ada pengawasan yang sangat tegas. Tak hanya sekadar ditangkap, dibina kemudian dilepas. Sebab, zina tak hanya karena rusaknya perilaku pelaku, namun juga rangsangan yang terus terstimulasi dan dianggap sebagai gaya hidup modern. Apalah artinya modern jika itu bertentangan dengan perintah dan larangan Allah? Dan sebenarnya arti modern bukanlah mengikuti gaya hidup barat atau kafir, justru berbalik mundur ke masa jahiliah, bodoh dan terbelakang. 

Dimana letak keimanan kita ketika tak bersuara menentang perayaan hari Valentine menjadi bagian dari budaya Muslim? Bukankah seharusnya ada pembeda yang tegas antara yang Haq dan batil. Sebab Haq adalah mengikuti perintah Allah SWT, sedangkan yang batil mengikuti perbuatan setan. 

Allah SWT berfirman, yang artinya,"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. An-Nuur: 21). 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun