Kelompok-kelompok kepercayaan ini memang tumbuh subur di berbagai tempat. Kapitalisme membiarkan mereka tumbuh, agar mudah menjadikannya alat untuk meraup keuntungan. Tak peduli meskipun merusak akidah. Lihat saja bagaimana tempat- tempat wisata yang ditawarkan kapitalisme, sengaja diikatkan dengan kearifan budaya lokal yang lebih berbau magis. Semakin magis, semakin tak masuk akal maka semakin laris dipromosikan. Padahal mereka Muslim, padahal Islam adalah agama dengan pemeluk mayoritas.Â
Tragedi ritual di pantai Payangan, seharusnya menyadarkan umat bahwa ada ketimpangan dalam kesejahteraan yang seharusnya dijamin penguasa, mereka mencari alternatif termudah, agar tujuan segera tercapai. Setan memperindah perbuatan mereka dan terciptalah kesyirikan dalam semalam. Sungguh sangat disayangkan, akidah mendua, amal syirik jadi pilihan masih layakkah mereka mengharap surga? Dan, azab itu tak berhenti kepada mereka pelaku syirik, namun juga kita yang tak lagi menyerukan amar makruf nahi mungkar dan mengajak masyarakat luas untuk mempelajari Islam secara keseluruhan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H