Terlebih lagi pihak rumah sakit juga masih mempersoalkan harga tarifnya ditetapkan berapa, jangan sampai rendah sehingga rumah sakit tidak mendapat keuntungan, hal ini menunjukkan klaim BPJS yang selama ini menunggak dan tidak segera dibayarkan untuk beberapa rumah sakit memang merugikan.Â
Nyata bahwa berganti kebijakan, sebetulnya tidak beranjak dari kebijakan sejenis, yang sama-sama berujung menjadi cara-cara manipulatif untuk mencapai margin keuntungan dari layanan Kesehatan rakyat. BPJS tak mau rugi (yakni tidak tercapai margin untungnya). Fenomena pasien kelas 1 yang terlalu mahal, perbedaannya sangatlah jelas, Belum lagi tidak semua penyakit dicover BPJS.Â
Rakyat semestinya menyadari sistem kapitalis tak akan menjamin kesehatan gratis, semua dihitung untung rugi. Hanya sistem Islam yang mampu mewujudkannya.Â
Bagaimana bisa? Bukankah Islam adalah agama yang para pendengki bilang sarangnya teroris dan penyemai perpecahan? Tentu mereka tak tahu Islam samasekali, atau tahu tapi karena dengki hatinya, bersekutu dengan musuh Islam guna mengarusutamakan kebutuhan Islam.Â
Jika saja mereka mau jujur, sistem kesehatan dalam Islam adalah sistem terbaik, di dunia. Dari sisi SDMnya, infrastruktur dan pelayanan kepada masyarakatnya, semua dalam kualitas terbaik.Â
Di setiap rumah sakit terdapat laboratorium, perpustakaan, universitas, taman-taman yang indah. Bahkan Khalifah menyediakan rumah sakit bergerak yang selalu mengikuti suatu kaum yang memang budaya mereka berpindah.Â
Berbagai inovasi dan riset diadakan guna mencapai teknik pengobatan terbaik dan Ilmuwannya yang berkepribadian Islam sehingga tak hanya menempa kepandaian namun juga bertakwa. Mendedikasikan ilmunya kepada umat. Di gaji sesuai dengan keridoan.Â
Seluruh biaya kesehatan ditanggung negara, bahkan setiap pasien yang pulang diberi uang untuk menggantikan jumlah hari ia sakit dan tak bisa mencari nafkah.Â
Khalifah Dinasti Umayyah Walid bin Abdul Malik Walid bin Abdul Malik kepada dokter-dokter yang ada di rumah sakit tersebut adalah agar mengisolasi penderita penyakit lepra dalam ruangan khusus sehingga tidak menyebar ke orang lain, kemudian para penderita itu diberinya uang sebagai pegangan.
Adakah hari ini perlakuan sebagaimana dulu, kini semua pihak hanya peduli seberapa untung yang akan di dapat. Bukan pada maslahat umat namun pada memperkaya diri sendiri dan kelompoknya. Kesehatan bukanlah bisnis, dilimpahkan kepada pihak ketiga, namun negara sendiri yang seharusnya bertanggungjawab.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H