Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Omicron, Polemik Persiapan Indonesia Menghadapinya

28 Januari 2022   17:13 Diperbarui: 28 Januari 2022   17:17 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: MyGraphicHunt

Belum sepenuhnya lega karena Covid-19 mereda, kini muncul berita baru Omicron, varian baru Corona hadir dan kembali membuat dunia berguncang. Hebatnya, optimisme Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan , memastikan, sistem kesehatan nasional saat ini telah siap menghadapi lonjakan kasus akibat varian Omicron. 

Namun, ia menekankan langkah preventif dari kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan menjadi kunci utama untuk menekan laju penularan. "Perlu saya tegaskan sekali lagi, bahwa pemerintah memastikan sistem kesehatan kita hari ini sudah cukup siap untuk menghadapi Omicron ini," ujar Luhut saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM pada Ahad (Republika.co.id,16/1/2022).

Sedangkan puncak gelombang kasus varian Omicron di Indonesia, menurut Menteri Luhut akan terjadi pada pertengahan Februari hingga awal Maret nanti. Prediksi tersebut berdasarkan data perkembangan kasus Covid-19 di Afrika Selatan. Pemerintah melakukan berbagai langkah mitigasi agar peningkatan kasus yang terjadi lebih landai dibandingkan negara lain. Dengan demikian, kenaikan kasus pun tak akan membebani sistem kesehatan nasional.

Upaya penegakan protokol kesehatan dan akselerasi vaksinasi menjadi sangat penting. Opsi terakhir adalah pengetatan mobilitas masyarakat (Republika.co.id, 16/1/2022). 

Cukup miris juga melihat optimisme ini, terlebih ketika melihat sejauh mana fakta persiapannya. Nyatanya kesiapan pemerintah hanyalah mengandalkan sediaan obat-obatan semata. Tidak diintegrasikan dengan mitigasi terintegrasi dari sektor lain. Seperti pariwisata dan ekonomi. Senin, 24 Januari 2022 menjadi hari pertama skema perjalan terbatas atau travel bubble antara Indonesia dengan Singapura di kawasan Batam dan Bintan, Kepulauan Riau. 

Bahkan persiapan pemerintah tak tanggung-tanggung, dengan menerapkan Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2022 dari Satuan Tugas Covid-19 tentang Protokol Kesehatan Pelaku Perjalanan Luar Negeri Mekanisme Travel Bubble di Kawasan Batam, Bintan, dengan Singapura dalam Masa Pandemi Covid-19. Proses yang masih berjalan adalah surat bebas visa dari Kementerian Hukum dan HAM serta tindak lanjut pemerintah Singapura atas pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong pada Selasa, 25 Januari 2022 (tempo.co,26/1/2022).

Artinya, pemerintah sebetulnya tak peduli dampak kedatangan wisatawan asing akan berisiko penularan ataukah tidak. Bayangan keuntungan yang di dapat telah menutupi fungsi sebenarnya dari kekuasaan yang ada padanya. Yang seharusnya lebih mengutamakan rakyat. Bukan para pebisnis yang memiliki modal besar dan bermain di pariwisata. 

Pemerintah juga menampakkan kesiapan hanya saat ada penularan meluas, bukan menghalangi penularan dengan menutup jalur antar negara atau pembatasan daerah. Epidemiolog dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono meminta pemerintah melakukan pembatasan yang lebih konkret untuk menekan laju penularan Covid-19, khususnya varian Omicron.

Menurut Tri Yunis, seharusnya ada perubahan indikator dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Yaitu dengan mempertimbangkan jumlah kasus positif omicron. Dengan begitu, mekanisme pembatasan kegiatan di satu daerah bisa saja berbeda dengan daerah lain. "Menurut saya pembatasan sosialnya perlu dimodifikasi setiap levelnya. Pemerintah harus memodifikasi kriterianya. Yang kedua masyarakat patuh pada protokol kesehatan. Karena cenderung pada kasus yang terus menurun, masyarakatnya abai,". Demikian pula dengan kebijakan PTM 100% harus ada scorsing pemilahan wilayah (kbr.id, 19/1/2022). 

Bisa dipastikan, Jika tetap seperti ini yang diputuskan pemerintah, optimisme itu akan berbuah pesimis bahkan akan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Sebab, penderitaan rakyat sudah terbilang sangat berat, dari harga-harga kebutuhan pokok yang kian melambung, biaya hidup yang mengikut pula naik, fasilitas kesehatan tak terakses, sektor perekonomian yang tak berpihak kepada rakyatnya sementara fokus pemerintah berpindah-pindah tanpa ada kepastian. 

Begitu serius mengurus pindah IKN, membangun infrastruktur raksasa yang tak dibutuhkan rakyat, bahkan terburu nafsu mengekspor SDA demi "kecukupan" uang negara, kapan berpikir untuk rakyat secara riil? Bukan rakyat dalam tanda kutip. Keadaan ini hanya ada karena penerapan aturan yang berdasar pada sekulerisme, pemisahan aturan Allah dari kehidupan. Padahal Allah jelas memerintahkan manusia hanya menggunakan syariat untuk memperoleh kesejahteraan. 

Allah swt berfirman dalam QS Ali Imran:32 yang artinya,"Katakanlah: hendaklah kamu taat kepada Allah dan Rasul. Tetapi jika kamu berpaling, maka sesungguh-nya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir". Sebutan kafir di sini bukan mengarah kepada non Muslim, namun Muslim sendiri yang secara nyata menolak syariat Allah dan menghendaki hukum manusia yang berlaku. Dimana hal itu merupakan tindakan penolakan dan pengingkaran yang nyata, yang dalam Islam disebut kafir. Maka, yakinkah kita akan selamat melalui badai pandemi yang kedua kali, kali ini dari Omicron? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun