Manusia terkuat sajalah yang bertahan, padahal Allah menciptakan manusia itu terbatas dan membutuhkan yang lain. Allah menciptakan dunia untuk sebuah keseimbangan bukan mayoritas menguasai minoritas.Â
Ide-ide tak masuk akal dari pengusung sekulerisme hanya akan mengantar dunia pada kehancuran, rusaknya tatanan sosial dan lain sebagainya. Sebab mereka hanya mempertaruhkan hawa nafsu, mengusung sesuatu yang virtual ke dalam dunia nyata. Padahal tidak semua orang bisa mengakses dan juga tidak setiap hal bisa dikerjakan secara virtual.
Untuk sarana dan prasaran pendidikan bisa jadi virtual amat dibutuhkan, misal untuk praktik kedokteran dan lainnya. Namun bagaimana dengan membina rumah tangga? Padahal keluarga adalah institusi masyarakat terkecil dalam sebuah negara, dimana didalamnya ada pendidikan dan teladan penerapan misi dan visi keluarga.Â
Terlebih era Metaverse ini adalah era digital yang otak utamanya adalah para kapital, mereka tak peduli dampaknya pada masyarakat akankah baik atau buruk, selama yang mereka tawarkan ada manfaat materinya ya akan mereka perjuangkan, termasuk mereka yang ingin membina keluarga ala-ala, menikah dengan siapa saja bahkan memfasilitasi mereka yang ingin menikah sejenis, dengan hewan dan benda.Â
Mengapa era digital ini begitu booming seolah-olah menawarkan kehidupan yang lebih baik? Alasan Mark Zuckerberg karena efek pandemi memberikan peluang yang lebih baik kepada pelaku bisnis melalui dunia digital, demikian pula pendapat owner Microsoft, Bill Gate.Â
Dunia tahu, mereka siapa? Bagi mereka tak ada persoalan dana dan akses, namun pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat bukan hanya diukur dari situ?
Sekali lagi ini hanyalah pemikiran para kapitalis yang cenderung opportunity, mereka memelihara mongkey bisnis, yang hanya memanfaatkan keadaan untuk booming sesaat, jelas tak bisa diterima sebagai solusi bagi kesulitan manusia kebanyakan hari ini.Â
Pandemi yang belum tertangani dengan sempurna, hingga memunculkan varian baru sudah menunjukkan komitmen mereka yang lemah terhadap kesejahteraan, sebab mereka sekali lagi melihat ada celah dibalik kesengsaraan efek wabah, dimana dunia farmasi dan kesehatan juga dikuasai oleh korporasi. Jelas, dunia Metaverse hanyalah pengalihan dari masalah yang sebenarnya dihadapi dunia, sistem kapitalis yang lemah telah menunjukkan ketidakmampuannya mengatasi persoalan.Â
Saatnya beralih pada tata aturan baku yang diturunkan Allah SWT. Dimana kemajuan teknologi bukan digunakan untuk memperbudak manusia namun sebaliknya, untuk mempermudah manusia dalam beribadah kepada Allah SWT.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H