Orang benci orang lain itu hak dia, kita tak akan dan tak boleh memaksa seseorang untuk menyukai kita. Bagaimanapun, orang yang tak suka kita itu wajar, sesuai dengan hukum alam. Kita marah juga tak menghasilkan apapun, sebab yang dicelah adalah kita. Tapi jika ejekan dan hinaan atau kata-kata yang terlontar melecehkan apa yang kita yakini apakah kita akan diam saja?
Baru-baru ini, seorang publik figur melontarkan cuitan di akun pribadinya begini," "Kasihan sekali Allahmu ternyata lemah harus dibela. Kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya, Dialah pembelaku selalu dan Allahku tak perlu dibela". Dan kata-kata ini membuat kaum Muslim meradang, beberapa kelompok masyarakat bahkan menyerukan pelaku dipolisikan saja karena dianggap sudah melakukan penistaan agama.Â
Ketua Umum PA 212, Slamet Maarif menyerukan untuk melaporkan ke pihak kepolisian, "Saya serukan kepada umat untuk segera serentak laporkan ke Polda masing-masing." Pun Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas juga menyesalkan cuita 'Allahmu ternyata lemah'. Ia menilai selain pernyataannya sinis juga menyakiti hati umat Islam.
Demikian pula dengan Zulkifli, Ketua BMI (Brigade Muslim Indonesia) Sulawesi Selatan (Sulsel) , telah melaporkan penista agama itu ke polisi. Namun sungguh memang penista berhati busuk, dengan enteng pelaku penistaan itu menghapus cuitannya dan memberikan klarifikasi bahwa cuitan itu tak sedang menyasar kelompok atau agama tertentu.
Cuitan itu dibuat berdasarkan dialog imajiner antara hati dan pikirannya. Pasalnya, Ia sempat mengalami kondisi sedang banyak beban belakangan ini. Jadi, kalau sedang tak enak hati boleh curhat bebas di media sosial sekaligus mengolok-olok pihak lain? Meskipun ia menegaskan tak menyasar kelompok atau agama tertentu, semua orang tentu sudah mahfum bahwa pelaku beragama non muslim.Â
Sementara dalam Islam memang ada ajaran bagi pemeluknya untuk membela agama Allah SWT. "Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu". QS Muhammad :7. Namun di ayat yang lain, Allah berfirman yang artinya," Dan segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu, kamu akan mendapatkannya (pahala) di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." QS Al Baqarah: 110.Â
Kedua ayat di atas jelas tidak seperti yang mereka pahami, ayat pertama Allah memerintahkan untuk menolong agamaNya, bukan karena lemah, bodoh dan yang lainnya, namun semata karena keimanan. Sebagaimana disifatkan Allah di kalimat awal, " Wahai orang-orang beriman". Karena memang sifat peduli dengan agamanya adalah bagian dari karakter dan amal orang beriman.
Amal menolong agama Allah itulah yang menjadi jaminan kuat lemahnya keimanan kita di hadapan Allah. Dengannya Allah akan memperhitungkan setiap apa yang kita lakukan. Memberatkan pahala baik sehingga beroleh surga atau memperberat amal buruk sehingga ia mendapat balasan neraka.
Diperjelas di ayat berikutnya, bahwa pekerjaan apapun yang kita lakukan , berupa kebaikan adalah untuk kebaikannya sendiri. Tidak ada pekerjaan baik, selain yang dilandasi keimanan dan sesuai syariat.Â
Selain itu , ada ungkapan liberal di dalam kalimat ini "ALLAH TIDAK PERLU DUBELA" yang mana orang hanya membaca ayat sekedar untuk diketahui saja dan untuk melemahkan kaum muslim yang awam terutama yang masih lemah imannya. Bahkan lebih parah lagi membaca Quran tidak untuk difahami/ diamalkan.
Bila diperhatikan ayat itu ada huruf "IN" , yang dalam tata bahasa Arab (Nahwu ) artinya "Jika" sebagai huruf syarat dan kata berjawab untuk maka atau niscaya. Semisal dalam kalimat " Jika kamu membuka pintu itu maka udara segar akan masuk yang berguna bagimu. Syaratnya JIKA. jika tidak maka ruangan akan pengab atau lembab tak baik untuk kesehatan.