Dan bila kita menggali lebih dalam jabatan jurnalis sebenarnya tersemat dalam setiap pribadi manusia. Sebagaimana firman Allah swt yang artinya "Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." (Q.S. Luqman [31]: 17).
Nabi Muhammad Saw juga bersabda: "Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat ...." (H.R. Tirmidzi). Artinya, dakwah atau menyampaikan sesuatu sebagaimana jurnalis adalah kewajiban yang tak akan gugur dari orang perorang sebelum dikerjakan. Terutama menyampaikan kebenaran berdasarkan Alquran dan As Sunnah.Â
Perkataan apa yang paling utama bagi setiap Muslim? Rasulullah Saw bersabda, "Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran (berkata yang baik) di hadapan penguasa yang zalim." (HR Abu Daud).Â
Keadaan kaum Muslim yang kian terpuruk seperti hari ini hingga memberikan penderitaan yang tak kunjung habis bagi perempuan karena penguasa kita tak menerapkan perintah dan larangan Allah dalam segala aspek.Â
Para penguasa yang seharusnya melindungi kaum perempuan justru berkolaborasi dengan sistem sekuler, memecah belah keluarga, memaksa perempuan berdaya di luar dan meninggalkan kewajibannya yang utama, yaitu anak dan keluarganya.Â
Meski kini pendidikan sudah terbuka bagi perempuan, namun tetap perempuan tidak dihargai berdasar intelektualnya. Banyak posisi pekerjaan yang justru mengeksplore kecantikan dan kemolekan tubuhnya.Â
Inilah yang menjadi semangat kita hari ini, yaitu menggambarkan kepada setiap orang, terutama Muslim akan indahnya Islam dan kemuliaan yang menjadi jaminannya jika kita menerapkan dalam kehidupan kita, semuanya, bukan perkara ibadah saja, namun ekonomi, sosial, pendidikan , pemerintahan, pengelolaan kekayaan alam dan lainnya.Â
Maka benarlah perkataan Ustaz Ismail Yusanto, bahwa cara mendakwahkan itu semua hanya ada dua, jika tidak ngomong ya nulis, kalau tidak nulis ya ngomong, jangan tidak dua-duanya. Hendaklah ubah kemungkaran dengan segala daya upaya yang kita miliki.Â
Kita mulia dengan Islam, dan hancur dengan selainnya, maka, mengapa masih punya alasan untuk tidak memperuncing pena kita dan menulis sebanyak yang kita bisa guna mengkounter narasi buruk para munafik pembenci Islam?Â
Terlebih dengan kemajuan teknologi, makin memudahkan kita menorehkan untaian kata, sebagai bentuk warisan dunia akhirat. Wallahu a'lam bish showab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H