Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunikasi itu Dua Arah

3 Oktober 2021   23:50 Diperbarui: 3 Oktober 2021   23:58 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: desain pribadi/pixellab

Serial Drama televisi "Familiar Wife", bergenre fantasi romantis, rilis di  Korea Selatan tahun 2018 yang dibintangi oleh Ji Sung, Han Ji-min, Jang Seung-jo, dan Kang Han-na ternyata membawa kesan tersendiri bagi saya setelah menonton. 

Berkisah tentang kehidupan rumah tangga Joo-Hyuk (Ji Sung) dan Woo-Jin (Han Ji-Min) yang mulai merasakan tekanan dari berbagai sisi, setelah menjalani pernikahan selama 5 tahun. Mulai dari masalah keluarga besar, anak-anak, hingga kesulitan finansial yang tengah mereka hadapi. Hingga Joo-Hyuk melihat sang istri sebagai tokoh antagonis dalam kehidupannya, begitu pun sebaliknya. Woo-Jin menganggap suaminya kurang bertanggungjawab dalam mengurus keperluan anak-anak mereka.

Fantastisnya, mereka punya kesempatan mengubah nasib dengan membayar koin 500 tahun 2006, tahun dimana kisah dan cinta mereka berdua bermula. Koin itu adalah tarif untuk melewati sebuah jalan bebas hambatan aneh. Di kehidupan barunya ini, Joo-Hyuk menikah dengan mantan kekasihnya semasa kuliah, Hye-Won (Kang Han-Na). Namun tak lama kemudian persoalan kembali muncul, perbedaan sifat dan cara pandang yang kemudian mengakibatkan mereka bercerai, tepatnya Joo-Hyuk diceraikan dan diusir dari rumah istrinya yang penuh kemewahan. 

Cerita bergulir dengan pertemuannya dengan Woo-Jin yang dalam kehidupan barunya adalah pegawai baru di bank tempat Joo-Hyuk berkerja. Hanya Joo-Hyuk yang tahu siapa Woo-Jin, bahkan ketika Woo-Jin menyatakan suka kepada dirinya hanya karena sering bermimpi dengan Joo-Hyuk. 

Ketakutan menerpa Joo-Hyuk, sebab secara nurani ia mencintai istrinya di kehidupan lama, namun ia yang mengubah nasib hingga berubah, ia berusaha keras menghindari Woo-Jin karena beranggapan ialah penyebab rumah tangganya bak neraka. Hanya ibu Woo-Jin yang mengenali Joo-Hyuk sebagai menantunya dan hal itu menjawab satu persatu puzzle tanya di hati Woo-Jin mengapa ia punya perasaan aneh. 

Di akhir cerita, Woo-Jin dan Joo-Hyok sepakat untuk memulai kehidupan baru, saling menghargai dan sepakat untuk masuk bersama-sama digerbang jalan bebas hambatan, mereka kembali di beberapa tahun sebelum menikah, namun Joo-Hyuk kembali menolak kembali kepada Woo-Jin karena takut tak bisa berubah. Lagi-lagi hubungan mereka terselamatkan dengan insiden-insiden tak terduga yang makin menunjukkan betapa mereka saling membutuhkan. 

Ada beberapa cerita pendamping di dalam serial ini, hal ini sepertinya memang dirancang oleh penulis serial drama ini untuk semakin mengerucutkan pada persoalan sebenarnya, bahwa berumah tangga adalah sebuah bangunan yang terdiri dari kepercayaan, kepedulian satu sama lain dan komukasi dua arah. 

Kapitalisme membuat keluarga kecil semacam rumah tangga Joo-Hyuk dan Woo-Jin oleng, sebab uang mereka habis oleh tingginya biaya hidup. Usaha mereka, kerja keras mereka pun tak mampu memberikan kesejahteraan, wajarlah jika kemudian masing-masing depresi dan kemudian menjadi fenomena " Resesi Seks". Padahal jika kita melihat sejarah Islam, tak pernah digambarkan betapa sedihnya istri sebab suaminya berpenghasilan" kurang" sebab tagihan tak ada habisnya.

Dalam Islam, yang menjamin kesejahteraan adalah negara, bukan kepala keluarga. Sebab menjamin kesejahteraan bukan semata bicara ekonomi seseorang tak ada kekurangan lagi, namun bagaimana masyarakat dalam mengakses semua kebutuhan pokoknya dengan mudah. Ada jaminan kesehatan, ekonomi, pendidikan, keamanan, sandang , pangan dan papan. 

Ketika sebuah keluarga telah berada pada jaminan negara, maka suami istri bisa lebih maksimal dalam beribadah kepada Allah SWT. Dan tak ada jalan lain untuk bisa memahami pasangan kita kecuali Allah yang merubahnya. Maka, Allah mensyariatkan pernikahan bagi umatnya, serta mengharamkan hidup membujang tanpa ada maslahat satupun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun