Tuduhan yang salah alamat ini tak mampu ditangkis begitu saja, justru Indonesia terpuruk dalam jebakan dunia untuk menjadi "mitra" dalam investasi berkelanjutan ( green investasi) . Yaitu kerjasama dalam pembiayaan Isu perubahan iklim . Bukankah sama keadaannya dengan mereka yang merekayasa kelahiran, kehamilan, gender dan lainnya dengan menutupi celah kekurangan melalui pemanfaatan teknologi? Atau mereka yang berencana eksodus ke bulan dengan membawa bank sperma dan sel telur dalam sebuah "bahtera"?
Lantas, jika sudah begini, dalam kasus seorang ibu yang memiliki "bayi online", akankah bisa diharapkan munculnya sebuah peradaban maju? Sedang mereka menimbulkan kerusakan dengan menghancurkan nashob atau silsilah keturunan, zina dilindungi UU, institusi pernikahan tak lagi dibutuhkan. Yang terparah, mereka membuang peran Allah SWT, dengan membuat hukum tandingan.Â
Kerusakan demi kerusakan sudah bisa dipastikan akan terjadi, selama kita masih bersandar pada demokrasi kapitalisme maka tak akan ada kebaikan. Manusia kehilangan fitrahnya sebagai makluk yang dimuliakan Allah swt berfirman dalam Qs Ad-Dukhan : 38 yang artinya: "Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dengan bermain-main,".Â
Apa-apa yang ada di antaranya tentu manusia termasuk di dalamnya. Allah SWT saja tak hendak bermain-main, maka alangkah arogannya manusia yang terus mempermainkan ayat Allah tersebut? Sudah saatnya kita kembali kepada fitrah, Islam, secara keseluruhan, tanpa ada terkecuali, sebab jika tidak kita akan ikut bersama-sama hancur. Apa yang diemban kaum kufar itu pantang kita ikuti. Wallahu a'lam bish showab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H