Jikapun dakwah kita hanya untuk diri sendiri tak akan membantu banyak, sebab kini urusan pribadi saja berhubungan dengan kebijakan. Masih hangat konflik jilbab di sebuah SMA di Padang, bukankah urusan pribadi ketika seorang siswi ingin menutup auratnya? Namun mengapa penguasa melarang? Bukankah itu juga berarti melawan perintah Allah? Bagaimana pula dengan pengawasan makanan halal? Shalat dan ibadah pribadi lainnya?
Setiap tindakan haruslah dikaitkan dengan halal haram dan berharap menjadi pahala baik yang menambah pundi-pundi amal shalih. Siapa yang tak berharap surga? Namun surga tak didapat hanya dengan memperbaiki diri sendiri saja, namun juga lingkungan dimana kita tinggal sebisa mungkin kita pengaruhi untuk berubah. Itulah makna dakwah yang sebenarnya, hijrah bersama dari pemikiran dan pemahaman buruk ke baik. "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah." (Q.S. Ali Imran [3]: 110). Bukankah ayat itu mengandung perintah ajaklah orang lain untuk juga baik? Jangan baik untuk diri sendiri saja. Dan dakwah itu bukan untuk mengoreksi manusianya, melainkan pemahamannya, sebab pemahaman itulah yang mempengaruhi perilaku seseorang. Wallahu a'lam bish showab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H