Mohon tunggu...
Rut Sri Wahyuningsih
Rut Sri Wahyuningsih Mohon Tunggu... Penulis - Editor. Redpel Lensamedianews. Admin Fanpage Muslimahtimes

Belajar sepanjang hayat. Kesempurnaan hanya milik Allah swt

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Begadang Jangan Begadang...

20 Juli 2021   23:56 Diperbarui: 21 Juli 2021   00:02 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: uyunhyunn.blogspot,com

Masih ingat dengan lirik lagu di atas? Ya betul! Itu adalah penggalan syair lagu dari Raja Dangdut, Roma Irama, lagu itu sangat hits pada zamannya berikut penyanyinya. 

Begadang atau tidur lebih larut dari jam normal memang terbukti tak bagus untuk kesehatan, sebab para pakar kesehatan mengatakan regenerasi sel tubuh berkerja optimal pada malam hari saat tidur. 

Rasulullah pun memberi teladan berangkat tidur setelah shalat Isya, agar bisa bangun di sepertiga malam, ngalab berkah dan ampunan dalam sujud tahajud sebagaimana janji Allah. Pun Islam telah menjadikan malam sebagai waktu istirahat dan siang untuk bekerja. 

"Dan adalah karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya." (QS Al-Qashah :73).

Namun gaya hidup hari ini telah merubah perilaku manusia, mereka berlaku sebaliknya dengan siang tidur sementara malam adalah untuk bekerja. Dunia malam benar-benar gemerlap, mengajak jazad terus bergerak, menikmati kebebasan. Tak peduli pada masa pandemi pun tetap berlaku.

Dilansir dari Radarsidoarjo.id, 20 Juli 2021, Pemkab Sidoarjo menyidak tempat hiburan malam di Jalan Raya Juanda dan ruko daerah Betro, Kecamatan Sedati Senin pada Senin malam, 19 Juli 2021. 

Dari laporan warga, ada sebuah warung yang terdapat kerumunan pengunjung dan menjual minuman keras (miras). Selain itu ada sejumlah tempat yang melanggar jam malam di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat.

"Sangat disayangkan dalam kondisi PPKM darurat ini masih ada kegiatan berkerumun seperti, live music serta ditemukan puluhan botol miras yang dijual," ungkap Wakil Bupati Sidoarjo Subandi yang memimpin langsung sidak tersebut (radarsidoarjo.id,20/7/2021). "Harus ditutup permanen karena tidak mengantongi izin. Apabila terulang kembali, akan kami turunkan surat, serta alat berat untuk pembongkaran kafe tersebut," tegasnya.

Apalagi, saat ini lonjakan angka kasus Covid-19 juga meningkat tajam. Rumah sakit dan puskesmas sudah overload, dan ekonomi juga sedang sulit. Per 19 Juli warga Kota Delta yang positif Covid-19 sebanyak 16.249 jiwa. Sembuh 12.652 jiwa dan meninggal dunia sebanyak 665 jiwa. Sementara itu kasus aktif ada 2.932 jiwa.

Agar angka penyebaran virus Covid-19 ini perlahan menurun dan PPKM darurat ini dapat dikatakan efektif, maka perlu kerjasama dan kesadaran semua pihak bahwa ini demi keselamatan semua masyarakat. "Harapannya pandemi ini segera berakhir dan perekonomian segera pulih sehingga tidak berlarut-larut," harap Subandi. 

Beda Persepsi

Mungkin bagi Pemda ini adalah pelanggaran, namun bagi masyarakat ini adalah mata pencaharian. Beda persepsi inilah yang kemudian menimbulkan polemik, di saat PPKM diterapkan bahkan berita terbaru resmi diperpanjang, penguasa tidak tegas melakukan tindakan teknis yang menunjukkan bentuk pengurusan urusan rakyat ini. 

Memang stasiun oksigen gratis telah diadakan di beberapa tempat, bansos mulai dicairkan, obat dan vitamin diedarkan bahkan diantar door to door namun jaminan kebutuhan pokok rakyat saat PPKM tak terpenuhi. 

Akibatnya rakyat tetap harus keluar rumah untuk tetap bisa bertahan, perut lapar harus diisi dan biaya hidup yang lainnya harus dipenuhi. Mungkin tak masalah jika mereka punya simpanan atau memiliki gaji bulanan, namun yang harian? 

Jika tak keluar tak makan, maka munculnya prinsip di tengah masyarakat, " Lebih baik mati di luar rumah karena mencari nafkah daripada mati di dalam rumah karena lapar"

Sungguh miris! Bak simalakama, makan ayah mati tak makan ibu mati, lantas solusi apa yang terbaik untuk rakyat agar tetap hidup dan bertahan dalam keadaan yang carut marut ini? Besar keinginan penguasa bisa dijadikan sandaran. 

Janganlah bandingkan dengan negara maju di luar negeri yang kini telah berangsur-angsur pulih bahkan ada yang mengklaim terbebas dari Covid seperti Brunai Darussalam. 

Jikapun ternyata hari ini masih marak penjualan miras, hal itu karena masih banyaknya permintaan miras dan sulitnya rakyat mengakses pekerjaan yang sesuai, baik dengan keahlian maupun dengan besaran gaji yang bakal diterima.

 Bisa jadi rakyat begitu iri dengan berita di layar televisi atau media online yang memperlihatkan bebasnya Tenaga Kerja Asing warga China melenggang ke wilayah Indonesia dengan tujuan bekerja. Mengapa anak negeri sulit?

Alasannya karena mereka lebih terampil, tak malukah penguasa berkata demikian? mengapa harus memiliki sistem pendidikan yang buruk mahal pula. Bukannya memperbaiki namun justru mengambil jalan pintas. 

Negara adalah periayah

Negara adalah sebuah institusi yang memiliki segala sesuatu yang dibutuhkan rakyat, Rasulullah Saw bersabda,"Imam (Khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR al-Bukhari). 

Maka, semestinya tak hanya melakukan sidak dan penutupan tempat bekerja secara paksa saja. Namun juga menjamin mereka bisa kembali bekerja menafkahi keluarganya, dengan mudah dan halal pastinya. 

Bagaimana periayaan negara yang seharusnya yang dicontohkan Rasulullah Saw? Setelah peristiwa hijrah ke Madinah, beliau menegakkan sebuah negara dengan dasarnya syariat. Segala kebutuhan rakyat dipenuhi dengan berbekal apa yang dikatakan syariat. Maka, penerapannya tak setengah-setengah. 

Jaminan sejahtera bagi rakyatnya, dipastikan melalui mekanisme pengumpulan zakat, pemberian negara, pembiayaan melalui Baitul mal, penyediaan sarana dan prasarana untuk kepentingan umum dan lain sebagainya. 

Dari sisi penguasanya pun terdapat teladan yang tak sepele, semua dalam rangka untuk memudahkan urusan rakyat, tak terbetik keinginan untuk hanya memperkaya diri, partai maupun golongan. Bahkan tak tunduk pada peraturan negara asing. 

Bagaimana Umar bin Khattab yang rela hanya makan roti yang dibalur minyak ketika rakyat mengalami wabah kekeringan hingga tak ada panen dan kelaparan, bagaimana Ustman bin Affan yang membeli sumur Yahudi, dan membolehkan rakyat Muslim mengambil air di dalamnya secara cuma-cuma sedang kepada kafir sebaliknya. 

Lantas cucu Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Azis yang begitu khawatir pada sebuah musim salju burung-burung tak mampu mencari makan kemudian beliau memerintahkan agar di sebar Gandung kering di tempat-tempat dimana burung-burung itu biasa berkumpul. Semua menunjukkan periayahaan negara bukan pada manusia saja namun juga hewan . 

Hari ini begitu sulit, sebab Pemda maupun pemerintah pusat tak menyentuh Islam sedikitpun sebagai aturan yang mereka terapkan. Melainkan UU buatan manusia yang justru menimbulkan pertentangan dan kesengsaaran lebih dalam. Saatnya kita kembali kepada hukum Allah, sebagai bagian dari tuntutan akidah kita. Wallahu a'lam bish showab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun