Bunga di tepi jalan, sunyi.
Hari baru Ranti melewatinya
bertemu tautan hati di sana
(ingatannya sampai ke manakah
kini ??)
Jangan berisik !
terdengar suara perangkatnya
bergetar.
Setiap waktu do'anya sampai
kepada-Nya.
Setiap waktu hari yang sepi
terlalui dengan baik.
Terdengar dari Mikrofon,
sayup-sayup dzikir ba'da Sholat Isya
Hatinya syahdu berdenyut
menyenapi datangnya isyarat
waktu.
Waktu dan ke waktu datang
menghampiri. Tetapi, dirinya masih
bertahan.
Rasanya, rasa lampu yang redup
bukan karena daya dan tahanan arus
listrik sebagai hambatan merambat
dan tiba-tiba bolak-balik, rasanya
mungkin karena sengaja dibuat
redup dan terang bergantian dari
aliran kabel kawat listrik nampak
biasa pun lagi pula harus ada yang
menahannya berjuntaian
mengelilingi pondok saung biru bak
langit teduh walaupun hitam pekat
dan diikuti sekitarnya.
Maknanya bergantian menyapu
keringat dingin sang pujaan hati
yang ternama bagaikan orang yang
mengapung di kolam itu.
Kolam yang sering dikabarkan
kepada banyaak orang, ntah
mengapa ?!
Apa mungkin hanya dirinya dari
kaum yang sangat tersiar dan
terkenal ?
Nekat, baik hati, sampai kepada
dirinya sebagai pujaan hidup yang
dapat membuatnya lunglai seketika.
Jauh di dalam sana hatinya menjadi
bening berjalan dari kekeruhan yang
sangat menjanjikan, kehancuran
barang kali.
Merasa ngeri aku sakit sendiri
(astaghfirullah) dan alhamdulillah,
Allah SWT telah baik kepadaku dan
hidupku, sangat baik terasa setiap
saat dan waktu yang masih dapat ku
lalui walaupun hanya seketika ku
sadari. Namun, Malaikat
mencatatnya perlahan aku terasa
mendekati berkah dan semua
Hidayah-Nya.
Subhanallah, Alhamdulillah,
Allahuakbar.
by Jelita Sari