Masih dirimu
Kentara langit berselang hari
Kamu mendendangkannya
di atas cakrawala
yang gersang, tandus
bertambah kekeringan.
Janjimu hanya engkau
yang ingat dan tahu
apalagi tujuanmu sendiri.
Kelanjutan hidup
yang sejati
dan engkau impikan
hingga penantian itu
nampak terang
dihadapan.
Namun, bukan samar
apalagi sirna.
Sapamu di setiap
langkah seakan menghantarkan
do'a-do'a lembut buat
keluarga.
Maaf, itu hanyalah
lembayung ungu
yang menarikan
tarian penghormatan
bukan untuk melatih kesabaran
hingga menguji Iman
siapapun.
Sayang kalau hanya selalu
diam saja
tanpa tahu cara menjaga
diri sendiri.
Leganya hati ini
jika itu bukan dirimu maka
perhatianmu salah
dan caramu
tetap tanggungjawab
diri sendiri.
Lima hari
engkau mencari hidupmu
yang telah dinyatakan
buat dirinya.
Apakah ada yang tahu
niatmu di dalam sana
kecuali dirimu sendiri ?
Apakah aku tahu
cara menyimpan ulang
semua perasaan
dan curahan hatimu ?
Apakah aku hanya tahu
tangisanku sendiri
yang sudah lama
tergantikan dirimu ?
Apa yang akan
aku nyatakan kepadamu ?
Ingatan milikmu sendiri
telah aku ingkari
dan sepertinya
pasti Husna
dengan penjuru alam
mengubah dukamu
nanti.
Jangan pergi
untuk mengadu
apalagi kembali !
Jangan takut !
Aku hanya
masih belum mengenal
semua tentangmu.
Aku hanya
mau dirimu
bahagiakan hidupmu.
Hidupmu yang penuh
dengan kebahagiaan
bersama orang
yang paling bahagia
bersamamu.
oleh Jelita Sari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H