Lupa Namamu
Lampu bandara berkedip
berulang kali.
Pentahana mendapatkan
jalannya sendiri.
Aku lupa hari itu
bertanya, siapa namamu ?
Jangan terangi hidupmu
dengan cahaya selain
dari pemberian-Nya
Aku terbangun
engkau membawaku
dengan perasaan akan
kembali pulang.
Hari itu aku...
Aku benar-benar
sampai ke rumah.
Rumahku istanaku.
Aku rindu !
Sayang, perjalananku
pasti berujung dengan
kebaikanmu.
Rindumu melambung
tinggi.
Aku sudah meminta maaf.
Maafku hanya untukmu
yang menjagaku
setiap waktu.
Mukamu kian hari
kian melembut.
Namun, mengapakah
bukan hanya aku
yang ada bersamamu ?
Rinduku sudah berubah
menjadi air mata.
Tetapi, bukan menyesali
hari itu.
Tidur pun aku tidak
bermimpi.
Rasanya hanya takut sendiri.
Engkau rupa yang lugu
Rindu itu melanjut
hingga menyangkut...
Itu katamu sendiri
Apakah engkau juga
tetap menginginkan
aku melupakan kamu ?
Maaf, aku tetap dengan
pendirian itu.
Pasti engkau tiada
mengerti dan hanya
inginkan lupa pada
hujan dan petir
yang tidak pernah
membawa angin topan
menghancurkan semuanya.
Kamulah bahasa kalbumu.
Kamulah bahasa keyakinanmu.
Kamulah bahasa perjalananmu.
Kamulah bahasa keteguhanmu.
Kamulah bahasa tekadmu.
Kamulah bahasa rekaan
hidupmu selanjutnya.
Apakah aku salah mengerti ?
Apakah aku bersalah padamu ?
Apakah engkau masih menerima
permohonan maafku ?
Maafkanlah aku,
Jangan pergi untuk
Meninggalkanku,
tolong simpan
Keraguanmu sendiri
atau buang jauh sana.
Jangan pernah mengadu
kepada selain-Nya !
Jangan membuat
sekutu untuk
menjalani jalan
hidup di dunia fana ini !
Usahamu sangat kuat
Usahamu sangat dekat
bersama tekad
dan keteguhanmu
menambah keyakinan
buat hidupmu
lebih lama
dan lebih
dari sekedar
khayalanku
juga mimpi-mimpiku.
Tolong sebutkan namamu
dengan lembut kepada
diri ini. 🙏
oleh Jelita Sari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H