Engkau di mana ?
Aku ngadu bukan rindu
Menangis juga bukan malu
Merasakan kenyataan pasti
bukan belenggu jiwa.
Aku berlari sangat jauh
pasti ingin kembali.
Aku tidak ingin orang
menggangguku ingin segera
lekas sembuh juga karenaNya.
Aku tetap sendiri menanti
waktu tibanya hari yang dinanti
Ke manakah engkau ?
Di manakah kini ?
Apakah aku rindu ?
Apakah aku inginkan rindu itu ?
Apa yang akan aku dapatkan ?
Apa yang akan aku temui ?
bukan kah telah didapatkan
dan telah ditemui ?
Harusnya aku sadar mungkin
Itu memanglah membelenggu
Walaupun tidak diberikan
kembali kepada yang
memberikannya kepadaku
Mau ataupun tidak
Itu hanya diberikan untuk
seseorang yang diinginkannya.
Aku tidak mengerti,
Apa itu artinya rindu ?
Aku tidak tahu,
Apakah itu sebab rindu ?
Atau
Mungkin,
Itu hanya perasaanku sendiri.
Mungkinkah aku sedang berkhayal
dengan rasa yang tidak dapat
dimengerti olehku.
Yakin kalau itu hanya
sebuah kerinduan
Ketika tertidur pun
engkau datang dimimpiku ?
Ya... itu hanya kenyamanan
di alam mimpi
atau
Itu dari keinan hati
yang terbelenggu
duka dan air mata
Berharap lupa akan
mimpi itu
Aku terjaga sepanjang malam
ingin melupakan selalu
yang menggangguku.
Tetapi, itulah kenyataan.
Apapun sebabnya telah
diterka sendiri
Bukankah itu suatu
Kesalahan ?
Bagaimanakah dengan
Kenyataannya ?
Diammu membuat bertambah
rasa segan itu.
Rasanya berbeda dengan
semua yang telah dirasakan
sendiri.
Individu tahu engkau ada.
Engkau sangat sayang
dan perhatian.
Individu yakin suatu waktu
Khayalan pun
akan seperti kenyataan
Jika telah berada
didepan mata maka
Itulah kenyataannya.
Rasanya engkau
adalah dirimu
dan hidup ini
tetaplah sama.
Namun, perasaan
itu tetap ada.
di dalam sana.
oleh Jelita Sari
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI