Mohon tunggu...
Ajeng Lestari Irianto
Ajeng Lestari Irianto Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Social Media Officer

Hello there! berbagi pengalaman dan kisah menarik selama tinggal di Sumbawa dalam beberapa tahun belakangan. Dapatkan juga rekomendasi wisata dan tips trik bertahan hidup di Sumbawa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siapa yang Cita-citanya Mau Jadi Petani?

20 Desember 2020   16:17 Diperbarui: 20 Desember 2020   16:24 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anggiku ngajarin teknik Kaligrafi (Dokpri)

Kalian sadar nggak? kalau cita dan mimpi kita waktu kecil tuh sering dipengaruhi faktor dari kebiasaan bersama orangtua. Latar belakang tersebut kadang menjadi parameter kebahagiaan versi kita kecil. Eh, semakin besar kita malah seringnya realistis, udah jarang berkhayal. 

Dulu pas kecil berkhayal keliling dunia sambil ngomong bahasa alien "Jert wer yu su gaa" maksudnya ngomong bahasa inggris kayak di film-film barat haha.

Sekarang? haduh berharap aja kita takut ya, takut kecewa lah, takut jatuh lah, banyak hal yang ditakutin sampai akhirnya kita hanya stuck in one dot dimana kehidupan senang sedih kita hanya berputar di titik yang sama.

Remember this lyrics, "Imagine all the people, living life in peace e e eh" - The Beatles.

Dah kayak guru killer blum?? (Dokpri)
Dah kayak guru killer blum?? (Dokpri)

Bulan Oktober lalu, saya berkesempatan dapat pengalaman mengajar ke sekolah - sekolah di Desa Tolo Oi, Kecamatan Tarano, Kabupaten Sumbawa, NTB. Hal paling menyenangkan dari kegiatan berbagi ilmu adalah diperhatikan dan didengarkan. Yap! dan mereka adalah pendengar yang sangat baik.

Fyi, Desa Tolo Oi adalah desa paling ujung utara Kabupaten Sumbawa, yap! desa yang berbatasan langsung dengan Desa Kwangko Kabupaten Dompu. 

Dapat dikatakan anak-anak lucu dan imut ini tinggal di Desa terpencil, karena akses menuju desa yang jauh, terjal, dan berada tepat ditengah-tengah pebukitan. 

Bahkan akses masuk ke desa ini saja melewati Dompu, ditambah desa baru tersentuh jaringan internet pada tahun 2019 lho (terharu banget aku) selama 40 hari disana aku lebih sering meninggalkan HP karena meskipun sudah tersedia tower sinyal dari BAKTI KOMINFO, sinyal di Desa masih belum stabil bahkan kebanyakan tenaga pengajar rela begadang untuk mengunduh modul dan silabus. (Kalian keren!)

yak silahkan anda yang paling tampan (Dokpri)
yak silahkan anda yang paling tampan (Dokpri)

Ketika saya tanya siapa mau jadi Dokter? 2 anak yang angkat tangan, siapa cita-cita jadi guru? gadis kecil banyak yang angkat tangan, siapa mau jadi polisi ? / TNI ? yang angkat tangan hanya beberapa. Ada yang teriak mau jadi bidan, mau jadi ustadzah, pemain bola, cukup beragam untuk murid yang kurang dari 15 orang.

Tapi ketika saya bertanya siapa yang mau jadi petani? hampir semuanya angkat tangan dan tersenyum antusias. Saya terkejut dan tertawa, "Jadi guru, jadi dokter, jadi polisi... bahkan jadi petani pun tidak apa-apa yang penting bermanfaat untuk orang baaaaa?", "nyaaaak" sambung mereka. 

Tidak heran, mereka berasal dari latar belakang keluarga petani dan peternak. Seperti yang kubilang di kalimat pembukaan, cita-cita kita cenderung dipengaruhi dari faktor orangtua (dari kecil sampai usia remaja).

Anak-anak itu unik dan menyenangkan, bahkan ketika kecil saya punya cita-cita jadi Cowboy yang bawa pistol dan menunggangi kuda di Meksiko haha, kawan saya Ammar punya cita-cita jadi Singa malah. Fizi (Upin Ipin) aja cita-citanya jadi Tukang Angkut Sampah. Seru ya! kita di masa kecil berani bermimpi jadi apa saja, tapi ketika sudah dewasa kita malah melihat mimpi tersebut seperti milik seorang pecundang, tertinggal, dan penuh kekhawatiran.

Di MIS Darurrasyidin, aku kenal anak yang namanya Agus dia baru kelas 1. Sangat antusias mendengarkan siapapun yang maju kedepan, mata polosnya, ingusnya, bikin gemas apalagi dia baru bisa menulis namanya berbekal ingatan coretan.

Suatu hari aku bersama partner ngajar (Nabil) istirahat di atas motor / tangga rumah panggung gitu aku lupa. Aku lihat si Agus lagi memasang kaos kaki dan sendal Crocs KW-nya hihi. Si Agus pasang kaos kakinya terbalik alias yang buat tumit malah di punggung kaki, Aku dan Nabil sontak tersenyum dan bantu Agus. 

Kita ajarkan dia hal paling sederhana dalam mengawali perjalanan hidupnya "Memakai kaos kaki dengan benar" sederhana tapi sangat berkesan bagi anak-anak.

Anggiku ngajarin teknik Kaligrafi (Dokpri)
Anggiku ngajarin teknik Kaligrafi (Dokpri)

Bagi anak-anak dunia sekolah itu menyenangkan karena isinya teman bermain, tertawa, tapi kadang kesenangan itu juga bisa hancur jika mereka mendapatkan pola pendidikan yang salah :(. Kita harus dukung kreativitas anak / adik, dukung mereka menemukan siapa mereka sebenarnya dimasa depan! iringi mereka menjadi versi terbaik diri mereka.

Intinya sesederhana apapun ilmunya, sesederhana apapun cita-citanya itu istimewa bagi anak-anak. Bagi mereka hal baru adalah keajaiban yang menyenangkan, seperti kata Anggi "Jeng, anak-anak ini butuh sosok Hero" ya tentu, mari kita tunjukkan!.

Satu kisah yang menurut aku sangat mengharukan, waktu itu selesai ngaji anak-anak melingkari aku mereka menanyakan tentang mall bayangin mereka ingin sekali ke mall yang menurutku biasa aja, dan paling sedihnya mereka bertanya "Kak di Sumbawa ada Alfam**t? banyak ya?", "Kak disana ada pasar malam?", "Kakak pernah naik kipas besar di pasar malam itu? (bianglala maksudnya hehe)".

Mereka asyik bertanya puluhan pertanyaan, dan aku hanya bisa tersenyum memandangi mereka. Terus ku sampaikan "Kalian harus sekolah yang pintar ya! harus sampai kuliah! biar bisa keluar Desa dan lihat mall" mereka mengangguk dan nimbrung "Iya kak, nggak boleh pacaran dulu ya?", karena kasus pernikahan dini juga cukup tinggi disana aku mengangguk "Ya! sekolah dulu yang pintar dan rajin".

Harapanku sangat banyak untuk mereka, semoga mereka dapat melihat dunia yang luas ini dengan mata kepala sendiri pada suatu hari baik nanti :).

Nah kalau kalian, sewaktu kecil cita-cita kalian mau jadi apa?

Terima kasih yang telah mengabadikan momen: Anggi, Mia, & Asni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun