Mohon tunggu...
Jelarang Kusuma
Jelarang Kusuma Mohon Tunggu... -

Anak hutan yang ke kota.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kongkalikong Kartel Bisnis SS-JK-Ari-Rini

27 November 2015   13:12 Diperbarui: 27 November 2015   13:53 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara soal Sudirman Said (SS) tak bisa lepas dari sejarah karirnya setelah lepas dari Pertamina ISC. SS ditampung oleh Indika Energy, satu perusahaan energi dan migas nasional. Kariernya diawali dari Direktur SDM di Petrosea,  anak perusahaan Indika Energy. Selanjutnya jadi Direktur SDM di holding corporate Indika Energy.

SS kemudian diangkat menjadi Dirut Pindad, perusahaan plat merah yang bergerak di alat persenjataan dan kendaraan tempur. Masuknya SS di Pindad tidak lepas dari peran Syafrie Syamsoeddin (waktu itu menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan). Poros SS dan Syafrie tercipta pada saat SS menjadi bagian dari Tim Penataan Unit Bisnis TNI. Hubungan tersebut berlanjut pada saat Syafrie jadi Wakil Menhan, dan Purnomo Yusgiantoro sebagai menterinya. Syafri-lah yang merekomendasikan SS kepada Menteri BUMN untuk diangkat sebagai Dirut Pindad. SS di Pindad dan hubungan hangatnya dengan Syafrie juga turut mewarnai sepak terjang SS sebagai ESDM 1 sekarang.

Terpilihnya Jokowi-JK sebagai Presiden dan Wapres membawa angin baik bagi SS. Dia menjadi kuda hitam dari beberapa calon kuat yang berpotensi ditunjuk menjadi ESDM 1. Nama sang mentor, Ari Sumarno sangat santer  diperbincangkan bakal menjadi ESDM 1 pada saat penyusunan Kabinet Kerja. Hal ini wajar karena memang Ari merupakan tim inti Jokowi/JK di bidang energi. Bagi Ari, peluang untuk menjadi ESDM 1 merupakan satu kesempatan emas yang harus direbut dan diperjuangkan, karena memang “pesta besar” yang belum sempat terselenggara pada saat dia dan SS masih di Pertamina tahun 2009 silam, tentu saja harus dibayar tuntas.

Sayangnya Jokowi dan JK ingin menempatkan sang adik, Rini, memimpin gerbong BUMN. Janggal rasanya, jika dalam satu kabinet terdapat 2 menteri yang memiliki hubungan saudara kandung. Melalui pertimbangan akhirnya Jokowi-JK memilih Rini. Ari Sumarno mesti bersabar karena tersisih dari kabinet.

Bagi Ari, kegagalan menjadi ESDM 1 bukanlah akhir dari cerita. Dia bertekad untuk tetap menguasai sektor energi meski melalui kepanjangan tangannya. Batal jadi menteri, Ari tak kurang akal: menyodorkan kader terbaiknya, SS! Namun, menyorongkan nama SS keJokowi tentunya akan sulit jika dilakukannya sendiri bersama Rini. Wajar saja, karena Jokowi tidak kenal SS dan SS sosok tanpa prestasi di dunia migas.

Ari lantas membentuk tim untuk meyakinkan Jokowi bahwa SS adalah pilihan terbaik menjadi ESDM 1. Team up dilakukan melalui jaringan Makasar, di bawah komando JK, dan Syafrie serta Said Didu (atas perintah JK, Said Didu didorong SS menjadi Dirjen Minerba, dalam rangka mengamankan agenda Perpanjangan kontrak Freeport. Jokowi sadar, dan menolakmentah-mentah Said Didu. Baca: http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/05/07/090664315/skor-tertinggi-said-didu-gagal-jadi-dirjen-minerba).

Selain menggalang dukungan politik, Ari dan JK membangun aliansi ekonomi dengan merangkul Indika Group, “rumah bisnis” SS. Tim inilah yang bekerja secara sistematis dan terstruktur untuk meyakinkan Jokowi melalui JK dan Rini, ketua tim transisi kala itu.

Usaha mereka berbuah manis saat pengumuman kabinet kerja. Tidak ada yang menyangka bahwa SS yang akan dipercaya menduduki jabatan ESDM 1. Para pelaku bidang energi dan sumber daya alam terbengong-bengong dengan ditunjuknya SS selaku ESDM 1. Selain tidak menjadi perbincangan publik, latar belakang pendidikan yang tidak nyambung, pengalaman SS di bidang energi pun tidak berurusan dengan kepakaran teknis dan bisnis, tapi lebih ke pelatihan SDM  di sektor energi.

Selanjutnya di kabinet kerja, terbentuklah poros bisnis baru antara JK, Rini dan Ari, serta SS tentu saja. Jabatan SS sangat strategis. Dialah  kunci dalam irisan koalisi bisnisdi sektor energi, karena pengendali kebijakan dan teknis di sektor energi di kabinet. Irisan bisnis JK dan SS terjadi di perpanjangan kontrak Freeport. Irisan bisnis SS dan Rini/Ari terjadi diurusan pengadaan minyak mentah dan BBM di Pertamina. Koalisi JK, Rini dan SS juga terjadi di pengadaan listrik 35 ribu MW di PLN. Karenanya, JK, Rini dan Ari akan selalu melindungi SS dari serangan politik apapun, termasuk kepretan Rizal Ramli (Baca: http://bisnis.tempo.co/read/news/2015/10/20/090711344/kepret-menteri-suSS-rizal-ramli-dia-dilindungi-jk).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun